Bisnis.com, TANGERANG - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan bahwa calon pengganti ZN Asia Ltd., anak usaha BUMN Rusia Zarubezhneft, di Blok Tuna semakin mengerucut.
Teranyar, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut bahwa sudah ada tiga calon investor yang berminat untuk menggarap blok dengan potensi gas di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd).
“Ada dalam negeri, ada luar, terutama Tuna itu market-nya [pasar gas] kan ke Vietnam,” kata Dwi saat ditemui Selasa (14/5/2024) malam.
Dwi menjabarkan, perusahaan yang tertarik mengembangkan potensi di Blok Tuna merupakan perusahaan yang negara asalnya memiliki ketertarikan tersendiri terhadap letak blok migas tersebut.
Sebab, blok yang dioperatori oleh perusahaan asal Inggris, Premier Oil Tuna B.V. (Harbour Energy Group) ini berada di lepas pantai Natuna Utara, sebelah perbatasan Indonesia-Vietnam yang masuk salah satu hot spot geopolitik dunia.
“Jadi perusahaan yang asalnya dari negara yang cukup punya interest terhadap posisi Tuna itu, kira-kira begitu,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun, Blok Tuna ini dioperatori oleh Premier Oil Tuna B.V. dengan hak partisipasi 50%. Premier Oil bermitra dengan ZN Asia Ltd yang juga memegang hak partisipasi 50%.
Adanya kemitraan dengan BUMN Rusia tersebut belakangan membuat Premier Oil mengalami kesulitan untuk merealisasikan rencana pengembangan Blok Tuna. Hal ini lantaran sanksi yang ditetapkan Uni Eropa dan pemerintah Inggris. Sanksi itu menjadi tindaklanjut dari sikap Uni Eropa dan pemerintah Inggris atas invasi Rusia ke Ukraina sejak awal tahun lalu.
Padahal, proyek tersebut direncanakan mulai masuk ke tahap front end engineering design (FEED) segera setelah rencana pengembangan pertama Blok Tuna disetujui pemerintah Indonesia pada Desember 2022.