Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meminta adanya peningkatan kapasitas bengkel pesawat (maintenance repair and overhaul/MRO) yang serviceable di tengah pemulihan penerbangan.
Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Kementerian Perhubungan Dadun Kohar mengatakan tingkat permintaan pesawat sudah mulai naik akibat pelonggaran syarat perjalanan. Kondisi tersebut turut berimbas mendorong perjalanan wisata, meningkatnya aktivitas masyarakat perjalanan bisnis, dinas, serta adanya potensi besar perjalanan ibadah.
Dadan pun menilai sudah saatnya industri penerbangan memulai recovery dengan memperhatikan tingkat pasokan yaitu penambahan jumlah pesawat yang laik operasi. Selanjutnya, dengan meningkatkan kapasitas MRO dan penyesuaian jam operasi untuk AirNav dan bandara.
“Melihat angka jumlah pesawat yang siap melayani kebutuhan masyarakat maka tantangan saat ini dan ke depan yaitu jumlah pesawat yang laik operasi dan peningkatan kapasitas pesawat MRO dalam negeri,” ujarnya, Kamis (28/6/2022).
Berdasarkan data Kemenhub terkait dengan operator dan register pesawat dimulai dari 2017 sampai 2022 di Indonesia, terdapat kenaikan dan penurunan yang cukup dinamis. Pada 2022 ini, total jumlah pesawat yang teregistrasi adalah sebanyak 1.490 pesawat dengan total sertifikat yang valid adalah sebanyak 1.116 sertifikat.
Sertifikat tersebut terdiri dari sebanyak 248 pesawat PSC 141, OC 91 dan OC 137. Kemudian sebanyak 561 pesawat AOC 121 dan 304 aircraft AOC 135. Dari jumlah tersebut, ketersediaan pesawat yang laik atau siap dioperasikan yaitu sebanyak 336 untuk aircraft AOC 121 dan 222 aircraft untuk AOC 135.
Baca Juga
Dadun pun kembali menegaskan bahwa pemulihan tidak bisa berjalan sendiri. Baik operator bandara dan maskapai harus bersama-sama mengatasi permasalahan di industri penerbangan.
Menurutnya, penambahan utilitas dan produktivitas, serta jam operasi bandara haru dilakukan untuk menjaga efisiensi antara maskapai. Tak hanya itu, peremajaan pesawat yang hemat energi juga perlu mendapatkan perhatian.
“Recovery penerbnagan memerlukan dukungan dan kontribusi berbagai pihak antara operator bandara dan stakeholder lain mewujudkan penerbangan aman, nyaman, selamat, dan efisien serta berkesinambungan,” ujarnya.