Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi investasi pada sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi baru mencapai US$0,67 miliar hingga Juni 2022. Torehan itu sekitar 16,9 persen dari target investasi yang dipatok mencapai US$3,97 miliar pada tahun ini.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan rendahnya torehan investasi itu disebabkan karena program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang belum dapat berjalan optimal. Selain itu, Dadan mengatakan, dampak pandemi Covid-19 juga masih mengoreksi rencana investasi pada program pengembangan energi berkelanjutan tersebut.
“Program PLTS Atap yang belum bisa berjalan dengan baik, masih ada beberapa isu antara lain terkait besaran kapasitas PLTS Atap yang bisa dipasang, yang masih dicari titik temu-nya dengan PLN,” kata Dadan kepada Bisnis, Selasa (28/6/2022).
Kendati demikian, Dadan berharap, realisasi investasi itu dapat terkerek signifikan seiring dengan rencana terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) tentang tarif pembelian tenaga listrik energi baru dan terbarukan (EBT) pada paruh kedua tahun ini.
“Realisasi investasi memang masih cukup rendah dan diharapkan di semester kedua dapat meningkat, terutama dengan akan terbitnya Perpres EBT yang sekarang sedang dalam proses pemparafan oleh menteri terkait,” tuturnya.
Berdasarkan data milik Kementerian ESDM per Juni 2022, capaian investasi sektor Bioenergi yang terdiri dari PLT Bioenergi dan Pabrik Biodiesel sebesar sekitar US$36 juta atau 22,2 persen dari total target investasi yang dipatok US$162 juta.
Baca Juga
Sementara itu, capaian investasi PLT Panas Bumi berada di angka US$251 juta atau 26,5 persen dari keseluruhan target investasi yang diharapkan mencapai di angka US$947 juta.
Adapun, torehan investasi untuk PLT Aneka EBT yang terdiri dari PLTA, PLTM, PLTMH, PLTS Atap dan PLTS sebesar sekitar US$379 juta atau 13,3 persen dari total target investasi di 2022 yang sebesar US$2,86 miliar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak para pemimpin negara Kelompok Tujuh atau Group of Seven (G7) untuk menanamkan investasi mereka di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia. Jokowi menilai peluang investasi di sektor itu relatif menjanjikan dengan potensi energi bersih milik Indonesia yang besar.
Ajakan itu disampaikan Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G7 sesi working lunch dengan topik perubahan iklim, energi, dan kesehatan di Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).
“Indonesia membutuhkan setidaknya US$25 hingga US$30 miliar [setara Rp444,96 triliun, kurs : Rp14.832] untuk transisi energi delapan tahun ke depan. Transisi ini bisa kita optimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis, dan membuka lapangan kerja baru,” kata Jokowi dikutip dari siaran pers, Selasa (28/6/2022).
Menurut Jokowi, Indonesia memiliki potensi besar untuk kontribusi energi bersih ke depan yang terkandung dari sumber daya di dalam perut bumi, darat dan laut. Hanya saja, dia menggarisbawahi, Indonesia membutuhkan investasi besar dan teknologi rendah karbon untuk mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif tersebut.