Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan mengalami perlambatan pada 2022 dan 2023, tetapi Negeri Paman Sam diyakini mempunyai peluang sempit menghindari resesi karena Federal Reserve yang menerapkan pengetatan moneter.
“Prioritas kebijakan sekarang harus memperlambat pertumbuhan upah dan harga dengan cepat tanpa memicu resesi” kata Managing Director IMF Kristalina Georgieva dalam sebuah pernyataan Jumat (25/6/2022).
"Ini akan menjadi tugas yang rumit, karena kendala pasokan global dan kekurangan tenaga kerja domestik kemungkinan akan berlanjut, dan perang di Ukraina menciptakan ketidakpastian tambahan," lanjut pernyataan IMF.
Georgieva menilai rencana The Fed untuk segera menaikkan suku bunga acuannya menjadi 3,5 persen hingga 4 persen harus menciptakan pengetatan di muka atas kondisi keuangan yang akan dengan cepat membawa inflasi kembali ke target.
Seperti diketahui, the Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pekan lalu - langkah terbesar sejak 1994 - dan Powell mengisyaratkan bahwa kenaikan lain dengan besaran yang sama atau 50 basis poin akan dilakukan untuk Juli.
Penilaian IMF terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan AS dirilis setelah pertemuan dengan anggota parlemen dan pejabat publik.
Baca Juga
Berdasarkan jalur kebijakan yang digariskan pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal Juni, dan pengurangan defisit fiskal yang diharapkan, IMF memperkirakan ekonomi AS akan melambat.
"IMF Juga baru saja menyelesaikan serangkaian diskusi yang sangat berguna dengan Menteri Keuangan Janet Yellen dan Ketua Fed Jerome Powell," katanya.
"Kami sadar bahwa ada jalan yang menyempit untuk menghindari resesi di AS," kata Georgieva. “Kita juga harus menyadari ketidakpastian situasi saat ini.”
Georgieva melihat ada risiko penurunan ekonomi AS yang sangat signifikan tahun ini dan terutama pada tahun 2023.
Nigel Chalk, Wakil Direktur di Departemen Belahan Barat IMF, mengungkapkan sekalipun ada resesi di AS, kemungkinan akan relatif singkat.
Kekhawatiran IMF
Dalam konferensi pers, Georgieva mengatakan IMF melihat perlunya kebijakan yang akan mencegah tekanan lebih lanjut pada harga minyak, sesuatu yang dia diskusikan dengan Yellen minggu ini.
Memperhatikan bahwa tekanan harga Amerika sekarang berbasis luas dan melampaui kenaikan harga energi dan pangan, Georgieva mengatakan Yellen dan Powell tidak meragukan komitmen mereka untuk menurunkan inflasi kembali.
Satu saran yang dimiliki IMF untuk mengurangi tekanan inflasi adalah agar pemerintahan Biden menurunkan tarif yang telah dikenakan pada baja, aluminium, dan berbagai barang China selama lima tahun terakhir.
Kepala Perdagangan Presiden Joe Biden Katherine Tai sebelumnya mengatakan tarif impor lebih dari US$300 miliar secara tahunan atas produk China memberikan pengaruh yang signifikan dan berguna dari sudut pandang negosiasi.
Di sisi lain, IMF mendukung apa yang disebut agenda Pemerintahan Biden yang disebut Build-Back-Better, dengan mengatakan itu akan membantu melepaskan kendala sisi penawaran, meningkatkan jaring pengaman sosial, mendukung partisipasi angkatan kerja, dan mendorong investasi dan inovasi.
"Kegagalan untuk meloloskan paket di Kongres mewakili peluang yang terlewatkan,” kata Georgieva.
Menurut pemimpin IMF tersebut, pemerintah AS harus terus membuat kasus untuk perubahan pajak, pengeluaran, dan kebijakan imigrasi yang akan membantu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pasokan dan mendukung orang miskin.