Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya pembelian minyak China dan India hingga separuh dari yang dikirim Rusia diyakini akan melonggarkan kemacetan rantai pasok pada pasar global dan meredam lonjakan harga.
Hal itu disampaikan oleh Penasihat Dewan Ekonomi untuk Presiden Joe Biden, Cecilia Rouse.
"Saya sudah mendengar sebagian dari penjelasan bahwa China dan India sebenarnya membeli lebih banyak minyak Rusia daripada yang mungkin kita tahu, sehingga ada lebih banyak pasokan di pasar," ujarnya, dilansir Bloomberg pada Kamis (23/6/2022).
Dia berharap penurunan harga minyak global dapat sampai ke konsumen, tetapi dia mengingatkan tantangan jangka panjang tetap ada.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate turun menjadi US$105 dari US$122 per barel pada awal bulan ini. Penurunan itu mengundang harapan adanya pelonggaran pada harga gas.
Sebelumnya, data mingguan Bloomberg menunjukkan bahwa China dan India masih menjadi pembeli terbesar minyak mentah Rusia.
Baca Juga
Kawasan Asia bahkan mengonsumsi separuh dari semua minyak mentah yang dikirim dari Rusia, naik dari sekitar sepertiga pada awal tahun.
Pengiriman jalur laut ke China rata-rata mencapai 1 juta barel per hari, naik dari sepanjang tahun ini sebanyak 600.000 barel per hari dalam 4 pekan sampai 18 Februari.
Sementara itu, Rusia mengirimkan sekitar 600.000 barel per hari dalam 4 pekan hingga 17 Juni, naik dari 25.000 barel per hari.
Akibat sanksi yang diterapkan Uni Eropa, Rusia telah kehilangan dua per tiga pasar minyak di Eropa utara yang dikirim melalui laut atau seaborne.
Namun, volume pengapalan negara itu sudah mulai stabil setelah pasukan Rusia masuk ke Ukraina.
Pengiriman minyak ke Eropa rata-rata sekitar 450.000 barel per hari dalam empat minggu hingga 17 Juli, turun dari hampir 1,25 juta barel per hari dalam empat minggu pertama tahun ini.
Hal ini lantaran sebagian besar negara hampir sepenuhnya menghentikan impor minyak mentah Rusia.
Namun, sebanyak 370.000 barel per hari masih dikirim ke tangki penyimpanan di Belanda, tetapi sudah turun 35 persen dibandingkan sebelum invasi Rusia ke Ukraina.