Bisnis.com, JAKARTA - Jangkauan kartu prakerja, hingga saat ini telah mencapai gelombang ke-33, membuat pemerintah meyakini program ini salah satu bentuk transfer government to people paling massif yang ada dibandingkan negara lain.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut Kartu Prakerja sejauh ini telah menjangkau 12,8 juta peserta. Program ini bahkan tengah dilirik oleh pemerintah Belanda, bahkan lembaga internasional.
"Kemarin dalam pertemuan [Confintea], menteri dari Belanda dan perdana menterinya mengatakan mereka ingin melihat [Program] Kartu Prakerja dan ini bisa direplikasi di negara berkembang yang lain," katanya dalam acara Silaturahmi dengan Alumni Penerima Kartu Prakerja, Jumat (17/6/2022).
Pada Kamis (16/6/2022), Airlangga mengenalkan Program Kartu Prakerja di acara Plenary Session of the Confintea (Conférence Internationale sur l’Education des Adultes/International Conferences on Adult Education) VII bertemakan Preparing Adults for the Future of Work.
Sebagai gambaran, gelaran Confintea 2022 bertujuan mendorong negara-negara anggota Unesco untuk menerapkan kebijakan, insentif, kerangka peraturan, dan struktur ,serta mekanisme kelembagaan yang berkontribusi kepada budaya, hak asasi manusia, keadilan sosial, nilai-nilai bersama, dan keberlanjutan.
"Dalam pertemuan tadi malam dengan Unesco untuk mencari solusi menghadapi tantangan ke depan terkait transformasi digital dan ekonomi hijau, dari hampir seluruh negara yang memaparkan, yang paling siap dan sudah operasional dari Indonesia," jelasnya.
Baca Juga
Airlangga mengatakan, dalam ekosistem Kartu Prakerja, terdapat lebih dari 150 penyedia pelatihan yang menawarkan lebih dari 1.000 kursus pelatihan.
Program Kartu Prakerja pun kata dia terbukti inklusif karena dapat menjangkau sebanyak 3,3 persen penyandang disabilitas, 14 persen penerima yang belum tamat atau lulusan SD, 56 persen tinggal di desa, sebanyak 49 persen perempuan, serta 90 persen dari penerima program tidak memiliki pekerjaan saat mendaftar.
Selain itu, tercatat sebanyak 93 persen peserta program memilih menggunakan e-money, dan sebanyak 28 persen peserta baru mengenal rekening bank atau e-money melalui Program Kartu Prakerja.