Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jerman Order 150 Juta Ton Batu Bara, Pengusaha Mulai Hitung Untung-Rugi Kenaikan Produksi

Pelaku usaha mengkhawatirkan situasi harga komoditas batu bara yang tertahan tinggi belakangan ini tidak stabil setelah pemerintah mengerek tajam RKAB pemegang izin usaha pertambangan (IUP) seiring permintaan komoditas tersebut oleh Jerman.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha hulu tambang batu bara tengah menghitung ulang potensi pasar jangka panjang di tengah rencana pemerintah menaikkan target produksi komoditas hitam dalam rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) tahun ini. 

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan pelaku usaha mengkhawatirkan situasi harga komoditas batu bara yang tertahan tinggi belakangan ini tidak stabil setelah pemerintah mengerek tajam RKAB pemegang izin usaha pertambangna (IUP). 

“Kalau memerlukan investasi infrastruktur tambahan dan juga penambahan alat berat, tentu harus memperhitungkan kondisi pasar ke depan. Seberapa lama level harga tinggi saat ini mampu bertahan. Pemetaan ini perlu dilakukan, apalagi untuk pasar Jerman, yang  membutuhkan biaya angkutan sangat besar,” kata Singgih melalui sambungan telepon, Jumat (17/6/2022). 

Selama ini, kata Singgih, Indonesia tidak menjadikan pasar Atlantik sebagai tujuan ekspor utama. Alasannya kualitas batu bara dari pasar itu relatif tinggi selain jarak transportasi yang mahal. Batu bara yang dikirim ke pasar Eropa mesti menggunakan panamax dan capesize. Makanya, dia menggarisbawahi, ekspor ke pasar Atlantik hanya sekitar 3 persen. 

Di sisi lain, dia menuturkan, tingginya permintaan batu bara dari Jerman disebabkan karena pasokan dari Afrika Selatan, Kolumbia dan Australia yang terhambat lantaran faktor infrastruktur, biaya tenaga kerja, dan produksi. 

“Kalau permintaan 150 juta diperuntukkan untuk 3 tahun lebih, bisa saja dapat dipenuhi dengan persiapan sejak dari sekarang. Namun jelas, dengan kualitas batu bara pengganti relatif kualitas tinggi, belum tentu dapat dipenuhi oleh seluruh perusahaan. Paling lebih kepada perusahaan skala Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara [PKP2B],” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal menaikkan target produksi batu bara pada rencana kerja dan anggaran belanja atau RKAB perusahaan yang memiliki IUP pada pertengahan tahun ini. Langkah itu diambil seiring dengan meningkatnya permintaan komoditas emas hitam itu dari sebagian negara eropa dan India di tengah disrupsi pasokan energi global yang masih berlanjut. 

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan Jerman secara resmi sudah mengajukan permintaan batu bara mencapai 150 juta ton pada tahun ini. Sementara sebagian negara lain masih menunggu proses pengajuan resmi yang diprediksi ikut menaikkan target produksi tambang hingga akhir tahun.

“Nanti kita akan tambahkan produksinya di RKAB, belum ada angkanya tapi gambaran permintaanya sudah 150 juta [ton], itu yang bicara angka Jerman kalau yang saya tahu,” kata Ridwan saat ditemui selepas acara Pengarahan Kepada Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati/Penjabat Walikota di kantor Kementerian Dalam Negeri, Kamis (16/6/2022).

Ridwan memastikan kapasitas produksi di dalam negeri relatif stabil hingga akhir tahun seiring dengan permintaan yang signifikan dari sejumlah negara non tradisional. Menurut dia, cadangan batu bara dari sejumlah perusahaan besar seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) terbilang cukup besar untuk memenuhi permintaan baru tersebut. 

“Sumber batu bara dari kita masih cukup kok, termasuk yang besar-besar. Termasuk PTBA dan lain-lain masih cukup kita,” tuturnya. 

Adapun realisasi produksi batu bara hingga pertengahan tahun ini masih relatif rendah akibat gangguan cuaca pada awal tahun ini. Selain itu, pendanaan yang seret dari perbankan turut memengaruhi kegiatan eksplorasi pada hulu tambang batu bara.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia per Jumat (17/6/2022), realisasi produksi batu bara baru mencapai 271,78 juta ton. Sementara realisasi ekspor menyentuh di angka 95,79 juta ton dan domestik berada di kisaran 72,65 juta ton. Di sisi lain, pemenuhan pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) sudah mencapai 54,03 juta ton. 

Sementara itu, Bursa ICE Newcastle per Jumat (17/6/2022)  menunjukan harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 kembali mengalami penguatan setelah naik 0,41 persen ke posisi US$346,4 per ton. Dalam tiga bulan terakhir harga batu bara terus mengalami kenaikan sebesar 51,17 persen dari perdagangan Maret 2022 di posisi US$198,30 per ton. 

Sentimen harga batu bara di Bursa ICE Newcastle masih relatif kuat hingga pertengahan tahun ini dengan kenaikan harga komoditas itu mencapai 280,87 persen secara tahunan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper