Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Batu Bara Ditarget Pulih Bulan Depan, BUMI Sasar Pasar Baru di Eropa

BUMI menargetkan pemulihan kapasitas produksi batu bara dapat terjadi pada Juli 2022 mendatang seiring dengan proyeksi turunnya intensitas La Nina saat itu.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) masih mempelajari peluang ekspor batu bara ke sejumlah pasar yang ditinggalkan Rusia sembari memulihkan kapasitas produksi mereka setelah sempat terkoreksi akibat cuaca buruk sepanjang Desember 2021 sampai Januari 2022.

BUMI menargetkan pemulihan kapasitas produksi dapat terjadi pada Juli 2022 mendatang seiring dengan proyeksi turunnya intensitas La Nina saat itu. Malahan BUMI berupaya untuk meningkatkan produksi batu bara mereka di angka 83 juta ton hingga 89 juta ton pada tahun ini untuk kemudian membidik sejumlah peluang ekspor ke sejumlah negara non tradisional.

Corporate Secretary sekaligus Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan perseroan tengah melakukan upaya pemulihan kapasitas produksi pada pertengahan tahun ini. Harapannya, BUMI mulai dapat membuat kontrak baru dengan pembeli non tradisional yang sebelumnya tergantung pada impor batu bara Rusia.

“Kami menunggu fenomena La Nina mereda bulan ini, kemudian menormalkan output sehingga kami dapat membuat backlog pada kontrak yang ada dan melayani pasar ekspor baru dengan harga internasional,” kata Dileep melalui pesan singkat, Jumat (10/6/2022).

Hanya saja hingga pertengahan tahun ini, Dileep mengatakan BUMI masih mempelajari sejumlah pasar tradisional yang potensial terkait dengan ekspor batu bara tersebut. Adapun BUMI masih berupaya untuk memenuhi kewajiban pasokan domestik atau domestic market obligation lantaran kapasitas produksi yang belum kembali normal.

“Kami masih mencermati secara proaktif potensi pasar luar, setelah output normal semoga bulan depan kita bisa mulai, untuk saat ini kita terkendala pada output dan mengutamakan DMO dan memenuhi kontrak yang ada,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Jerman mulai membuka pintu kerja sama terkait suplai batu bara secara langsung dari Indonesia akibat imbas perang Rusia dengan Ukraina. Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan Jerman mengungkapkan keinginannya untuk menjalin kerja sama suplai batu bara dari Indonesia.

Menteri ESDM Arifin Tasrif telah bertemu dengan CEO Asosiasi Perusahaan Batu Bara di Jerman (VDKI) dan juga CEO HMS Bergbau AG, Lars Schernkau, bertempat di Hotel Palace Berlin, Jumat (27/5) waktu setempat.

"Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa 50 persen dari suplai batu bara Jerman berasal dari Rusia, dan dengan perkembangan situasi saat ini Jerman ingin mengembangkan kerja sama suplai batu bara dari Indonesia," kata Agung dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

Kementerian ESDM memproyeksikan Indonesia memiliki sumber daya batu bara sebanyak 91,6 miliar ton dengan cadangan mencapai 31,7 miliar ton.

Pada 2021 realisasi produksi batu bara Indonesia mencapai 614 juta ton atau 98,2 persen dari target 625 juta ton. Sedangkan realisasi pemanfaatan batu bara domestik tercatat sebanyak 133 juta ton atau 96,7 persen dari target 137,5 juta ton.

Seperti diberitakan sebelumnya, harga komoditas emas hitam itu kembali menguat di angka US$396 per ton data Bursa ICE Newcastle, Kamis (9/6/2022). Harga pengiriman Juni 2022 itu naik 0,6 persen dari perdagangan sebelumnya yang ditutup US$395,4 per ton.

Sementara itu, Bursa ICE Newcastle menunjukan adanya penurunan harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 yang belakangan ditutup US$361 per ton atau terkontraksi hingga 1,11 persen dari penutupan sebelumnya di posisi US$365,05 per ton. Dalam sepekan harga batu bara terkontraksi sebesar 7,61 persen.

Kendati demikian, sentimen harga batu bara di Bursa ICE Newcastle masih relatif kuat dengan harga bulanan di atas 6,18 persen dan secara tahunan tercatat menguat hingga 296,49 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper