Bisnis.com, JAKARTA - Paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa menggunakan baju bekas dapat mengurangi sampah dinilai salah kaprah.
Menurut Direktur Eksekutif Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) Riza Muhidin, tren membeli pakaian bekas atau yang juga dikenal dengan istilah thrift shopping justru berbahaya.
Dia menilai fenomena thrift shopping memiliki dua bahaya. Pertama, membahayakan kesehatan masyarakat karena pakaian bekas belum tentu higienis.
Kedua, mengancam industri tekstil karena impor pakaian bekas berpotensi mematikan bisnis di sektor tersebut, terutama akibat tidak jelasnya alur importasi pakaian bekas.
"Kami tidak tahu asal mula pakaian bekas itu dari mana, bisa jadi dari tempat pembuangan. Tentu, pakaian bekas ini bisa menularkan penyakit,” kata Riza seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (8/6/2022).
Selain itu, sambungnya, adanya potensi pasar domestik dipenuhi dengan pakaian bekas dapat membuat industri tekstil dalam negeri tidak tumbuh dan tidak terserapnya tenaga kerja secara optimal.
Baca Juga
“Bisa dibayangkan kalau fenomena ini terus berlanjut. Berapa banyak pakaian bekas yang akan datang ke Indonesia? Bisa-bisa Indonesia menjadi tempat pembuangan pakaian bekas dari seluruh dunia," ujarnya.