Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Produksi Migas, Medco (MEDC) Siapkan Capex US$270 Juta

PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai US$270 juta untuk meningkatkan lifting minyak dan gas (Migas) di tahun ini.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.
Fasilitas produksi dan penyimpanan terapung (Floating Production Storage and Offloading/FPSO) Belanak di South Natuna Sea Block B yang dikelola Medco E&P Natuna (MEPN). Istimewa/SKK Migas.

Bisnis.com, JAKARTA — PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) mencapai US$270 juta untuk meningkatkan torehan produksi terangkut atau lifting minyak dan gas (Migas) tahun ini.

Adapun, MEDC menargetkan realisasi lifting Migas dapat menembus 160.000 barel minyak per hari (MBOPD) atau naik 6,6 persen dari torehan tahun lalu di posisi 150.000 MBOPD.

Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan alokasi belanja modal itu disiapkan untuk meningkatkan produksi dan cadangan Migas milik perseroan di tengah disrupsi pasokan energi global pada tahun ini.

Hilmi mengatakan MEDC masih akan tetap berfokus untuk mengembangkan produksi dan cadangan Migas sebagai inti bisnis perseroan. Sementara, MEDC hanya mengalokasikan anggaran sebesar US$30 juta untuk pengembangan pembangkit listrik tahun ini.

“Sebagai perusahaan yang berbasis pada sumber daya alam non-renewable energy meningkatkan produksi dan cadangan itu adalah basis, selama orang masih konsumsi minyak, gas, batu bara kita tidak ada pilihan,” kata Hilmi dalam acara Talk To Titans CNBC Indonesia, Selasa (7/6/2022).

Hilmi mengatakan alokasi anggaran yang berfokus pada peningkatan produksi dan cadangan Migas itu bakal digunakan untuk optimalisasi kegiatan eksploitasi sumur tersedia, eksplorasi blok baru serta akuisisi sejumlah sumur potensial. Hanya saja, dia mengakui, MEDC relatif kesulitan untuk melakukan eksplorasi blok migas baru ke arah laut lepas.

Menurut Hilmi, investasi yang mesti dikeluarkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terlalu mahal untuk dikerjakan.

“Indonesia memerlukan perusahaan yang mampu eksplorasi di laut dalam, Pertamina dan Medco tidak memungkinkan untuk eksplorasi dengan nilai kegiatan mencapai US$100 juta,” ujarnya.

Di sisi lain, dia meminta pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang memudahkan investasi di sektor hulu Migas dalam negeri. Alasannya, dia menuturkan, pajak yang dipungut untuk kegiatan eksplorasi Migas dalam negeri relatif tinggi sebesar 40 persen. Angka itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitor di sektor hulu Migas.

“Di Malaysia 10 persen, Thailand 20 persen, Vietnam 30 persen, kita sedang berjuang untuk meyakinkan semua pemangku kepentingan untuk mengubah fiscal term,” tuturnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan belum ada kenaikan investasi yang signifikan pada kegiatan eksplorasi blok minyak dan gas (Migas) baru di dalam negeri seiring dengan reli kenaikan harga minyak mentah pada tahun ini.

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) disebutkan masih menghitung ulang rencana investasi pada kegiatan eksplorasi blok Migas baru itu lantaran ongkos operasi yang relatif mahal jika dibandingkan dengan negara lain. Alasannya, sebagian besar wilayah kerja (WK) Migas sudah berusia lebih dari 25 hingga 50 tahun. Dengan demikian, biaya produksi dan pemeliharaan lapangan itu terus meningkatkan sementara kapasitas produksi terus melorot.

Di sisi lain, potensi cadangan Migas dalam negeri telah beralih ke wilayah timur dan laut lepas. Artinya, ongkos operasi bakal lebih mahal untuk membiayai infrastruktur yang relatif belum ajeg di kawasan itu.

“Kami dari operasional belum ada kenaikan [investasi pada kegiatan eksplorasi] yang signifikan,” kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno melalui pesan singkat, Selasa (7/6/2022).

SKK Migas mencatat realisasi investasi pada sektor hulu Migas mencapai US$2,1 miliar atau setara dengan Rp30,3 triliun hingga triwulan pertama tahun ini. Artinya realisasi pada sektor hulu Migas itu baru mencapai 16 persen dari target US$13,2 miliar atau setara dengan Rp190,4 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022.

Kendati demikian, setoran dari sektor hulu Migas pada kas negara relatif tinggi hingga triwulan pertama tahun ini. Berdasarkan catatan SKK Migas, realisasi setoran hulu Migas mencapai US$4,4 miliar atau setara dengan Rp63,4 triliun pada kas negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper