Bisnis.com, JAKARTA — Posisi cadangan devisa Indonesia dinilai berpotensi mengalami penurunan hingga akhir tahun sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter global, terutama oleh negara maju.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal mengatakan cadangan devisa Indonesia memang ada kecenderungan terkikis.
Hal ini sebagai dampak dari intervensi Bank Indonesia (BI) dalam melakukan stabilisasi rupiah dalam merespons tekanan eksternal khususnya kebijakan the Fed, bank sentral Amerika Serikat, yang melakukan pengetatan moneter sampai akhir tahun.
Meski demikian, Faisal mengatakan posisi cadangan devisa tidak akan mengalami penurunan yang dalam dikarenakan adanya tambahan devisa dari surplus neraca perdagangan yang diperkirakan masih berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
“Terkikisnya cadangan devisa tidak terlalu tajam mengingat di sisi lain ada tambahan devisa dari surplus perdagangan yang tetap besar sampai akhir tahun,” katanya kepada Bisnis, Minggu (5/6/2022).
Di samping itu, Faisal memperkirakan nilai tukar rupiah akan relatif stabil di level Rp14.400 hingga Rp14.900 hingga akhir tahun.
Perkiraan tersebut mengingat amunisi yang dimiliki Bank Indonesia untuk melakukan intervensi pasar valas masih cukup besar.
Di sisi lain, cadangan devisa juga berpotensi bertambah sejalan dengan rencana pemerintah untuk menerbitkan surat utang pada tahun ini.
Adapun pada Mei 2022, posisi cadangan devisa Indonesia diperkirakan melanjutkan tren penurunan dari bulan sebelumnya.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memperkirakan posisi cadangan devisa pada Mei 2022 akan turun ke kisaran US$134 miliar.
“Cadangan devisa saya perkirakan di Mei akan turun sedikit di kisaran US$134 miliar dengan nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp14.450-Rp14.480 per dolar Amerika Serikat,” katanya.
Riefky menyampaikan, penurunan posisi cadangan devisa pada periode tersebut terjadi seiring dengan daya beli yang mulai kembali pulih, serta dikarenakan kebutuhan impor yang meningkat.
Pada April 2022, posisi cadangan devisa mencatatkan penurunan menjadi sebesar US$135,7 miliar, dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$139,1 miliar.
Penurunan ini dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.