Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stagflasi Hantui Ekonomi Global, Bagaimana dengan Indonesia?

Stagflasi adalah ketika laju inflasi meningkat tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi melambat dan bertahan selama periode tertentu.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (13/7/2020). /Bisnis-Dedi Gunawan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memberikan penjelasan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (13/7/2020). /Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah yakin perekonomian Indonesia dengan perkembangan saat ini masih akan terhindarkan dari risiko stagflasi.

Stagflasi adalah ketika laju inflasi meningkat tinggi, sementara pertumbuhan ekonomi melambat dan bertahan selama periode tertentu.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa risiko stagflasi pada perekonomian Indonesia masih rendah karena pertumbuhan produktivitas yang belum kembali ke level sebelum pandemi Covid-19.

“Dari sisi risiko kerentanan kita lumayan dan meskipun kita risiko stagflasinya masih rendah di antara negara-negara lain tapi tetap pertumbuhan produktivitas menjadi perhatian kita untuk mengembalikan ke situasi yang sama-sama kita inginkan,” katanya dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (31/5/2022).

Suharso menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi pada 2023 adalah pada kisaran 5,3 hingga 5,9 persen dengan tingkat pengangguran terbuka pada kisaran 5,3 hingga 6 persen.

Dengan tema rencana kerja pemerintah pada 2023 adalah peningkatan produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, pemerintah menetapkan delapan arah kebijakan pembangunan.

Arah kebijakan tersebut di antaranya percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penanggulangan pengangguran yang disertai dengan peningkatan decent job, mendorong pemulihan dunia usaha, serta revitalisasi industri dan penguatan riset terapan.

Selain itu, pemerintah juga akan mendorong pembangunan rendah karbon dan transisi energi, percepatan pembangunan infrastruktur, yang mana dalam hal ini infrastruktur dasar berupa air bersih dan sanitasi, serta pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Terpisah, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi Indeks Harga Konsumen atau inflasi pada Mei 2022 naik sebesar 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Menurutnya, hal tersebut terutama didorong oleh faktor musiman libur Lebaran yang meningkatkan harga makanan, transportasi, restoran dan rekreasi. Dia mengatakan tingkat inflasi tahunan pada Mei 2022 akan terus menguat.

"Secara tahunan, inflasi IHK diperkirakan sekitar 3,59 persen (year-on-year/yoy) pada Mei 2022. Inflasi inti relatif tidak berubah, atau sebesar 2,59 persen yoy di tengah membaiknya mobilitas publik dan permintaan secara keseluruhan," kata Faisal dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (31/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper