Bisnis.com, JAKARTA — Anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN mencatatkan surplus 0,58 persen pada April 2022, berbanding terbalik dengan posisi April 2021 yang masih defisit. Selain itu, surplus April naik dari posisi bulan sebelumnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan bahwa pada April 2022, APBN mencatatkan surplus Rp103,1 triliun. Nilainya setara dengan 0,58 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Pada bulan sebelumnya atau Maret 2021 APBN defisit Rp38,1 triliun atau 0,83 persen.
Hal tersebut menjadi sinyal positif terhadap pemulihan ekonomi dan kondisi keuangan negara. "Sebagian [dari penerimaan] adalah untuk mengurangi defisit kita. Defisit kita di dalam UU APBN [2022] tadinya didesain Rp868 triliun atau 4,85 persen dari PDB," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat atau Raker Banggar DPR, pekan lalu.
Kondisi surplus APBN pada April 2022 terjadi karena pendapatan negara mencapai Rp853,6 triliun dan belanja negara Rp750,5 triliun. Pendapatan tertinggi berasal dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp676,1 triliun, sedangkan belanja tertinggi adalah belanja non kementerian/lembaga, yang di antaranya mencakup subsidi energi serta kompensasi BBM dan listrik.
Keseimbangan primer pada April 2022 tercatat surplus Rp220,9 triliun, berbalik membaik dibandingkan dengan April 2021 yang negatif Rp36,4 triliun.
"Kita paling tidak punya tambahan Rp420 triliun, jadi persoalannya adalah mengalokasikan tambahan pendapatan ini untuk tujuan tadi, melindungi rakyat, melindungi ekonomi, dan melindungi APBN karena tiga-tiganya penting, tidak boleh dipilih salah satunya," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani akan memaparkan perkembangan APBN per April 2022 secara lebih rinci dalam dalam konferensi pers APBN KiTa. Konferensi pers itu dijadwalkan berlangsung pada Senin (23/5/2022) sore.