Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengeluh krisis yang tengah terjadi selain terjun bebasnya harga tandan buah segar (TBS) sawit hingga CPO juga pabrik yang mulai setop membeli TBS dari petani.
Data Apkasindo mencatat per Selasa (17/5/2022), harga TBS rata-rata Rp600 hingga Rp1.200 per kilogram. Jauh dari harga yang ditetapkan Dinas Perkebunan, yakni Rp3.900 per kilogram.
Kondisi ini terjadi sejak larangan crude palm oil (CPO) pertama kali diumumkan pada 22 April 2022. Dalam 26 hari, harga sudah anjlok hingga 70 persen.
Petani sawit yang mengalami krisis tersebut menggelar aksi keprihatinan di depan kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian dan Patung Kuda Monas menuntut Presiden RI Joko Widodo untuk mencabut larangan ekspor, Selasa (17/5/2022).
Selain menuntut pencabutan larangan ekspor, Apkasindo menyampaikan bahwa dari 1.118 pabrik kelapa sawit di seluruh Indonesia, 25 persen diantaranya sudah berhenti membeli TBS dari petani. Kondisi tersebut menjadi petaka bagi petani.
“Yang kami rasakan, tidak ada lagi harga sawit. Kalau masih ada untuk makan, untuk membiayai anak kami sekolah, gapapa kami sanggup. Tetapi hari ini kami ingin mengatakan kepada Indonesia, bahwa hari ini kami dalam kondisi sekarat. Pabrik tidak ada lagi yang mau membeli TBS kami,” ungkap Gulat di depan kantor Kemenko Ekon, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga
Tidak tanggung-tanggung, kerugian petani sudah mencapai Rp14 triliun.
Pengusaha Kelapa Sawit (PKS) mulai berhenti membeli TBS karena penuhnya tangki di perkebunan. CPO yang tak terjual pun membuat pengusaha menyimpan olahan TBS tersebut.
Bukan tanpa sebab atau akal-akalan pengusaha, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) melaporkan bahwa sebagian besar tangki di perkebunan sawit terutama di Pulau Sumatra sudah mulai penuh.
Sekretaris Jenderal Gapki Eddy Martono menyampaikan sejak 20 hari pelarangan ekspor CPO tangki penampungan sudah mulai penuh akibat tidak ada pembeli.
“Betul memang beberapa anggota kita sudah sampaikan tangki-tangki sudah penuh. Memang juga tidak ada pembeli CPO, mereka tidak mau nawar tidak mau beli,kondisinya begitu, kita liat aja dari minggu lalu, tender itu tidak ada harga,” ungkap Eddy, Selasa (17/5/2022).
Meski demikian, tidak semua tangki di pabrik kelapa sawit penuh. Eddy mengatakan di daerah Kalimantan masih terdapat kapasitas. Eddy memperkirakan pada pertengahan juni, jika larangan belum dicabut, pabrik sawit seluruh Indonesia terpaksa setop membeli TBS.
Saat ini, anggota Gapki menyimpan CPO yang tidak terjual dan mempertahankan daya simpan CPO dengan melakukan pemanasan. Pengusaha juga meminta petani untuk memperlambat waktu panen, namun usaha tersebut juga tidak dapat berlangsung lama. Pasalnya, buah yang tidak dipanen dan busuk akan menyebabkan pohon rusak.
“Kapasitas tangki di Indonesia itu kira-kira di kebun sekitar 5 juta ton. Produksi kita kira-kira 3,5 juta ton. Kalau misalnya produksi lagi bagus, artinya bisa sampai 4 juta ton per bulan. Artinya, gak akan lama tangki akan penuh, belum lagi ada stok CPO sebelumnya,” lanjut Eddy.