Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Pengangguran Belum Kembali ke Level Prapandemi, Ini Penyebab Utamanya

Dengan pertumbuhan ekonomi yang masih sangat terbatas, jumlah pekerja yang mampu diserap juga terbatas.
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair/ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho
Pencari kerja mendaftar di salah satu stan perusahaan pada Job Market Fair/ANTARA-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran pada Februari 2022 sebesar 5,83 persen, turun dibandingkan Februari 2021 sebesar 6,26 persen.

Kendati mengalami penurunan, Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan, kondisi tersebut belum sepenuhnya pulih dari kondisi sebelum pandemi Covid-19.

"Kalau kita melihat kondisi pengangguran Februari 2020, dimana saat itu tingkat pengangguran kita 4,94. Tapi kita belum kembali pada posisi sebelum krisis," kata Margo, mengutip Bisnis, Selasa (10/5/2022).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyampaikan, pertumbuhan ekonomi meskipun sudah positif namun masih sangat terbatas, dibawah normal.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang masih sangat terbatas, jumlah pekerja yang mampu diserap juga terbatas. Sebagian besar yang diserap adalah mereka yg terkena PHK pada saat pandemi tahun 2020-2021, sebagian lagi adalah angkatan kerja baru," kata Piter kepada Bisnis, Selasa (10/5/2022).

Namun, sebagian yang terkena PHK dan sebagian besar angkatan kerja baru belum bisa diserap. Inilah yang menyebabkan angka pengangguran belum sepenuhnya pulih ke angka sebelum pandemi Covid-19.

Untuk dapat mengembalikan angka pengangguran ke sebelum pandemi, menurut Piter pemerintah harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi diatas normal.

"Lima persen tidak cukup. [Harus] diatas 5 persen, di kisaran 6 hingga 7 persen. Idealnya bahkan kita butuh pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 hingga 8 persen selama 10 tahun kedepan, agar kita  bisa memanfaatkan bonus demografi," jelasnya.

Tak hanya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga disarankan untuk meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang lebih padat karya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper