Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia melonjak signifikan sebesar 16,22 persen menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan peningkatan ekspor terjadi akibat lonjakan harga komoditas global sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina.
“Perkembangan harga [komoditas] di tingkat global ini memberikan windfall bagi ekspor Indonesia,” kata BPS Margo Yuwono dalam siaran pers virtual, Senin (9/5/2022).
Kenaikan kinerja ekspor tersebut tentunya tidak terlepas dari harga komoditas yang meningkat, terutama komoditas unggulan Indonesia, salah satunya batu bara. Jika dibandingkan kuartal IV/2021, harga komoditas batu bara pada kuartal I/2022 meningkat sebesar 40,24 persen (quarter-to-quarter/qtq).
Lonjakan yang lebih tinggi terlihat jika dibandingkan dengan kuartal I/2021, di mana kenaikannya tercatat melonjak 153,32 persen.
BPS mencatat, ekspor komoditas batu bara ini memberikan kontribusi sebesar 4,5 persen terhadap total PDB Indonesia pada kuartal I/2022, meski ekspor komoditas tersebut sempat dilarang oleh pemerintah pada awal tahun.
“Kontribusi ekspor batu bara pada kuartal I/2022 4,5 persen,” kata Margo dalam konferensi pers, Senin (9/5/2022).
Margo menambahkan minyak sawit mentah atau CPO pertumbuhannya secara naik dibanding triwulan sebelumnya (qtq) naik 18,44 persen, bahkan jika dibanding pada triwulan 2021 (year on year/yoy), CPO harganya naik 52,74 persen.
“Minyak mentah pertumbuhannya cukup tinggi 23,43 persen dan secara yoy tumbuhnya 62,94 persen. Begitu juga timah, tembaga, nikel. Pertumbuhan harga secara cepat,” ujarnya.
Kemudian, timah tumbuh 11,54 persen (qtq) dan 72,28 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu (yoy). Selanjutnya tembaga juga naik secara 2,91 persen (q to q) dan 17,79 (yoy). Lalu, nikel naik 35,38 persen (qtq) dan 51,92 persen (yoy).