Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Indonesia yang signifikan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen (year on year) pada kuartal I/2022.
Badan Pusat Statustik (BPS) mencatat dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34 persen didorong oleh mobilitas masyarakat dan konsumsi di sektor tersier. Kemudian, PMTB atau investasi tumbuh 4,06 persen akibat peningkatan penjualan semen dan kendaraan untuk barang modal.
Adapun, ekspor tumbuh signfikan 16,22 persen didorong oleh windfall dari harga komoditas yang meningkat. Di sisi lain, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi -7,74 persen, seiring dengan menurunnya anggaran penangganan Covid-19.
“Perkembangan harga [komoditas] di tingkat global ini memberikan windfall bagi ekspor Indonesia,” kata BPS Margo Yuwono dalam siaran pers virtual, Senin (9/5/2022).
Kuatnya kinerja ekspor tak lepas dari pengaruh konflik Rusia-Ukraina yang mendorong harga komoditas Indonesia di global naik, yaitu minyak sawit mentah, batu bara, minyak mentah, timah, tembaga, dan nikel.
Margo mengatakan minyak sawit mentah atau CPO pertumbuhannya secara naik dibanding triwulan sebelumnya (q to q/quarter-to-quarter) naik 18,44 persen, bahkan jika dibanding pada triwulan 2021 (year on year/yoy), CPO harganya naik 52,74 persen.
Begitu pun batu baru yang meningkat cukup tajam 40,24 persen (q to q) dan dibandinkang tahun lalu (yoy) tumbuh secara ekstrem 155,32 persen.
“Minyak mentah pertumbuhannya cukup tinggi 23,43 persen dan secara yoy tumbuhnya 62,94 persen. Begitu juga timah, tembaga, nikel. Pertumbuhan harga secara cepat,” ujarnya.
Kemudian, timah tumbuh 11,54 persen (q to q) dan 72,28 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu (yoy). Selanjutnya tembaga juga naik secara 2,91 persen (q to q) dan 17,79 (yoy). Lalu, nikel naik 35,38 persen (q to q) dan 51,92 persen (yoy).