Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur European Central Bank (ECB) Christine Lagarde meyakini stagflasi tidak akan terjadi di kawasan euro, meski ada dampak pelemahan ekonomi dari peperangan di Ukraina.
"Stagflasi bukanlah skenario dasar kami saat ini,” kata Lagarde kepada surat kabar Slovenia Delo, seperti dilansir Bloomberg pada Sabtu (7/5/2022).
"Meskipun ketidakpastian yang luar biasa besar dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi disertai dengan inflasi yang tinggi, situasi saat ini tidak dapat dibandingkan dengan tahun 1970-an.”
Pejabat bank sentral tengah dihadapkan pada kekuatan yang kontradiktif karena invasi Rusia mendorong harga lebih tinggi. Pada saat yang sama, prospek pada dunia usaha dan rumah tangga melemah.
Pejabat ECB masih bertekad untuk melanjutkan dengan normalisasi kebijakan moneter. Kebanyakan pengambil kebijakan moneter bertahan pada kemungkinan kenaikan suku bunga pertama pada Juli.
Pada Jumat, Gubernur Bundesbank Joachim Nagel mengatakan pembuat kebijakan tidak menunggu terlalu lama untuk mengambil langkah.
Sementara Anggota Dewan Pemerintahan ECB Prancis Francois Villeroy de Galhau mengatakan suku bunga yang saat ini -0,5 persen dapat berubah positif pada tahun ini.
Lagarde menekankan bahwa menurut data yang dia pegang, pembelian aset bersih diperkirakan akan berakhir pada awal kuartal III/2022.
"[Pejabat ECB] membuka semua opsi [kenaikan suku bunga]," ujar Lagarde.