Bisnis.com, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengapresiasi pembangunan jalan tol di era Presiden Joko Widodo yang sudah mencapai 1.900 km, termasuk diantaranya tol Trans Sumatera.
Pasalnya hadirnya jalan tol tersebut telah menimbulkan multiplier efek positif yang sangat banyak buat masyarakat sekitar, baik dari sisi perekonomian, tenaga kerja, pariwisata, dan lainnya.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Arif Rahmansyah Marbun menilai, cepatnya pembangunan yang hanya memakan waktu sekitar 7 tahun menunjukkan komitmen keseriusan pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap pemerataan pembangunan.
"Ngebutnya pembangunan jalan tol di era Presiden Jokowi ini menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk pemerataan pembangunan. Jalan tol tak hanya dibangun di Jawa, tapi juga Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi," kata Arif, Selasa (19/4).
Menurutnya, salah satu pembangunan jalan tol di Sumatra yang semakin menunjukkan perkembangan positif yakni jalan tol Binjai – Langsa segmen Binjai – Stabat. Jalan tol segmen ini diperkirakan mampu menekan biaya logistik hingga 75 persen.
“Itu artinya dari sisi ekonomi, komoditi andalan kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo (Mebidangro) di bidang pertanian, perkebunan hingga perikanan bisa semakin bersaing harganya dengan produk impor,” ujarnya.
Baca Juga
Menurut salah satu Ketua PBNU yang membidangi perekonomian ini, tol Binjai - Stabat sepanjang 11,8 km ini memiliki kualitas yang teruji. Selain itu, kata dia, hasil riset tim ekonomi PT SMI juga menyebutkan pembangunan jalan tol Trans Sumatera memberikan dampak multiplier terhadap output dalam perekonomian setempat sebanyak 1,7 kali dari total pengeluaran pada masa konstruksi.\
Dampak output per tahun tersebut setara dengan 2,2 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Sumatera. “Secara langsung, tentu ini merupakan dampak dari pembangunan jalan tol Trans Sumatera karena adanya penyerapan tenaga kerja setara 2,4 persen tenaga kerja di Pulau Sumatera,” ungkapnya.
Selain itu, dirinya juga menguraikan dampak positif pembangunan tol Trans Sumatera terhadap potensi pariwisata di sekitar kawasan tersebut antara lain Kampung Basilam di wilayah Langkat Sumatera Utara, yang ramai dikunjungi wisatawan tiap tahunnya.
Hal itu karena adanya makam Syekh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an-Naqryabandi atau Tuan Guru Babussalam. Beliau merupakan guru dari tarekat Naqsyabandiyah yang banyak memiliki pengikut, mulai dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam hingga Arab Saudi.
Secara keseluruhan, lanjut Arif, fokus pemerintahan Joko Widodo di bidang infrastruktur berkaca pada pembangunan di berbagai negara yang telah teruji. Arif lalu mengutip ekonom Inggris Maynard Keynes yang menyebutkan bahwa investasi yang paling penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi adalah investasi di bidang infrastruktur.
Karena bukan saja menciptakan lapangan pekerjaan baru dan berputarnya roda bisnis bagi para supplier material jalan, pembangunan infrastruktur juga menciptakan kelancaran arus hilir mudik logistik antarwilayah.
Pembangunan tersebut terbukti mampu melancarkan keran pertumbuhan ekonomi salah satu negara adidaya tersebut. Indonesia sendiri baru memiliki 2.345 km jalan tol di tahun 2020.
“Karena itu langkah Presiden menggenjot pembangunan tol Trans Sumatera merupakan bagian dari upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa,” terangnya.