Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyebutkan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth banyak terkandung dalam produksi timah. Material tersebut memiliki peran strategis untuk pembangunan industri.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen ILMATE), Taufik Bawazier menyebutkan, salah satu logam tanah jarang hasil ikutan timah yang memiliki banyak manfaat adalah monasit.
“Salah satu logam tanah jarang yang banyak terdapat dalam hasil ikutan timah adalah monasit. Monasit memiliki banyak kegunaan untuk industri pertahanan, medis, energi terbarukan, dan katalis. Monasit dalam green energy banyak dimanfaatkan untuk membuat magnet pada wind turbine,” papar Taufik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (11/04/2022).
Kuantifikasi logam tanah jarang, menurut Taufik perlu dilakukan demi kelancaran investasi. “Kuantifikasi potensi logam tanah jarang [di berbagai wilayah Indonesia] perlu dilakukan untuk memudahkan proses investasi,” katanya.
Taufik mencatat, sebelum tahun 2022, logam tanah jarang seperti monasit tidak dapat dimurnikan secara bebas karena mengandung thorium. “Ada beberapa unsur radioaktif yang terkandung dalam monasit sehingga penanganan logam tersebut harus tepat,” ujar Taufik.
Menurut Taufik, produksi timah Indonesia saat ini tengah mengalami surplus. Akan tetapi, hilirisasi timah masih belum berjalan optimal, karena hingga saat ini Indonesia masih melakukan ekspor timah murni batangan dan impor timah solder.
Baca Juga
“Saat ini Indonesia telah memasuki era green industry, seharusnya potensi besar monasit dan logam tanah jarang lainnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal,” pungkas Taufik.
Oleh karena itu, dia menegaskan perlunya regulasi dalam pemanfaatan logam tanah jarang. Khususnya regulasi untuk memproteksi investasi dalam pemanfaatan atau pengembangan logam tanah jarang, seperti regulasi terkait Harga Mineral Acuan (HMA) monasit serta regulasi mengenai pelarangan ekspor logam tanah jarang hidroksida dan karbonat.