Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah lokasi di Indonesia diklaim telah memiliki nilai sumber daya logam tanah jarang dengan tipe endapan plaser dan tipe endapan lateritik.
Mengutip dari jurnal Potensi Logam Tanah Jarang yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2019, logam tanah jarang tipe plaser atau mineral ikutan timah banyak dijumpai di lokasi sumber daya timah, seperti di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan bagian selatan dari Kalimantan Barat.
Potensi logam tanah jarang flasher tidak terlepas dari perkiraan potensi timah, karena keduanya sangat berkaitan erat, terendapkan bersama-sama dalam endapan aluvial timah, khususnya yang terdapat di Bangka Belitung dan Kepulauan Riau, baik di darat maupun di perairan.
Dalam kajian yang dilakukan Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi pada 2014, potensi sumber daya logam tanah jarang dalam endapan tailing di wilayah Pulau Bangka menunjukkan tebal endapan tailing 4–6 meter, luas total endapan tailing 500.000 hektare, sehingga diperoleh volume 5,5 miliar meter kubik.
Dengan kadar total logam tanah jarang 9,5 gram per meter kubik, maka tonase logam tanah jarang mencapai 52,38 juta gram, atau 52.000 ton.
Sementara itu, Indonesia disebut memiliki potensi yang sangat besar untuk kandungan logam tanah jarang berjenis lateritik, jika mengacu pada kondisi geologi dan iklim yang memungkinkan terjadinya endapan lateritik di Indonesia.
Baca Juga
Sejumlah kegiatan penyelidikan pun pernah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi (PSDMBP), serta Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Berdasarkan tiga kali tahap penyelidikan yang dilakukan di daerah Parmonangan, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 15 logam tanah jarang yang dianalisis terdapat beberapa jenis nilai kandungan yang cukup signifikan, seperti Ce, La, dan Pr.