Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tata Metal Ungkap Banyak Bahan Baku Baja Lari ke Luar Negeri

Dua produsen baja dunia, Rusia dan Ukraina terlibat perang sehingga membuka peluang produsen bahan baku baja mengekspor lebih banyak. Persoalannya, bagi produsen baja antara dan hilir seperti Tata Metal, hilangnya bahan baku mengancam produksi jatuh pada tahun ini.
Industri baja/Bisnis.com
Industri baja/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bahan baku baja yang surut di produsen industri hilir tak lepas dari macetnya pasokan dari hulu. Produsen baja ringan PT Tata Metal Lestari mengungkapkan banyak bahan baku baja berupa slab dilepas ke pasar ekspor sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.

Wakil Presiden Tata Metal Stephanus Koeswandi mengatakan produsen slab seperti PT Krakatau Posco dan PT Dexin Steel Indonesia memiliki peluang ekspor ke Eropa karena pasokan yang surut dari Rusia dan Ukraina. Hal itu menyebabkan aliran bahan baku ke Tata Metal pun tersendat.

"Beberapa pabrikan misalkan Krakatau Posco dan Dexin, punya peluang yang lebih baik di Eropa karena Eropa membutuhkan slab ini. Akhirnya material ini jadi pergi ke luar negeri," kata Stephanus kepada Bisnis, Kamis (7/4/2022).

Sebelumnya, pada bulan lalu, Institut Besi dan Baja Asia Tenggara (SEAISI) melaporkan bahwa produsen Italia memesan slab dari Indonesia sebanyak 30.000 ton lot dengan harga US$850 per ton cost and freight (cfr) Italia dan 60.000 ton lot seharga US$900 per ton cfr dalam seminggu.

Hal itu terjadi di tengah penurunan drastis pada produksi di Ukraina dan Rusia. Rusia merupakan produsen baja terbesar kelima di dunia dengan produksi 76 juta metrik ton pada 2021. Sedangkan Ukraina adalah produsen baja terbesar ke-14 dunia dengan produksi 21,4 juta metrik ton pada 2021, di mana 80 persen diantaranya diekspor ke berbagai negara.

Stephanus mengatakan kuantitas pasokan yang berkurang dari hulu berimbas ke pelaku industri antara dan hilir.

"Supplier kami, Krakatau Steel tidak mendapatkan bahan baku slab yang secara kuantitas cukup, ditambah harganya meningkat, bahkan sudah lebih tinggi dari tahun lalu. Jadi terganggu, pasti terganggu," jelasnya.

Pada Ramadan dan jelang Lebaran ini, Stephanus mengatakan tengah menggenjot stok bahan baku untuk mengamankan kebutuhan produksi bulan-bulan mendatang.

"Masuk ke libur Lebaran pada umumnya stok agak rendah karena market domestik juga sepi. Dengan kondisi sekarang, stok kami tingkatkan supaya tidak terjadi kekurangan di bahan baku produksi," kata Stephanus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper