Bisnis.com, JAKARTA – Produsen baja ringan PT Tata Metal Lestari menargetkan kenaikan produksi hingga 50 persen dari 150.000 ton pada tahun lalu menjadi 225.000 ton pada 2022.
Wakil Presiden Tata Metal Stephanus Koeswandi mengatakan perseroan berharap ada perbaikan pasar dalam negeri seiring geliat sektor properti. Hal itu salah satunya didorong oleh perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) hingga September 2022.
"Trennya pengembang banyak kembali ke landed house dibandingkan pembangunan apartemen. Kami melihat ada potensi yang cukup besar untuk landed house," kata Stephanus saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/2/2022).
Selain itu, dia juga memproyeksi ada potensi serapan yang cukup besar dari naiknya penggunaan solar panel untuk energi terbarukan pada perumahan. Stephanus menjelaskan secara makro terjadi perlambatan produksi sejak awal tahun lalu karena pasokan bahan baku bijih besi yang terbatas kemudian mengerek harga.
Sementara itu, importasi bahan baku baja ringan juga mulai kembali naik, dari 2019 sebesar 890.000 ton, kemudian turun pada 2020 menjadi 461.000 ton, dan mulai meningkat kembali di akhir 2021 menjadi 675.000 ton.
"Memang terjadi peningkatan kembali impor yang menyebabkan utilisa di dalam negeri agak mengalami tekanan di akhir tahun," jelasnya.
Utilisas kapasitas produksi Tata Metal saat ini berada di angka 60 persen, dengan sekitar 30 persen hingga 40 persen diantaranya ditujukan untuk pasar ekspor. Stephanus mengatakan volume ekspor pada awal tahun biasanya mencapai angka tertinggi 40 persen.
Namun dia berharap tahun ini dapat mengurangi volume ekspor dan mengalihkannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. "Kalau pasar dalam negeri sudah pulih, kami akan kurangi ekspor, kami harus fokus ke pasar dalam negeri," ujarnya.