Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diterpa Hambatan Bahan Baku dan Pasar, Tata Metal: Produsen Terjepit

Dari sisi pasokan, Rusia dan Ukraina sebagai salah satu produsen utama bahan baku baja tengah terlibat perang. Sedangkan China tengah menghadapi gelombang paparan Covid-19 yang melonjak belakangan ini. Tata Metal selaku produsen baja pun kelimpungan menghadapi pasokan di tengah pasar yang kian menyerap baja murah tidak terstandar.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen baja ringan PT Tata Metal Lestari mengalami kendala suplai bahan baku sejak pecah perang antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara itu merupakan pemasok utama bahan baku baja dunia selain China. 

Wakil Presiden Tata Metal Stephanus Koeswandi mengatakan Rusia dan Ukraina merupakan pemasok utama bahan baku baja dunia. 

Stephanus mengatakan, sementara pada proses produksi terjadi kemacetan suplai bahan baku, di pasaran Tata Metal juga harus berhadapan dengan serbuan barang impor murah yang tidak berstandar.

"Posisi produsen BjLAS [Baja Lapis Aluminium Seng] di dalam negeri ini terjepit. Di atas bahan baku susah, dan konsumen kami bisa mendapatkan material yang lebih murah karena tidak masuk standar," kata Stephanus kepada Bisnis, Kamis (7/4/2022).

Sementara itu, pasokan bahan baku dari China juga sudah sangat terbatas. Pasalnya, China lebih banyak mengalokasikan ekspor bahan bakunya ke Eropa karena harga yang lebih tinggi.

Bahan baku impor memang hanya menyumbang 15 persen dari total kebutuhan Tata Metal. Dari jumlah itu, sebanyak 85 persennya dipenuhi dari pemasok dalam negeri seperti PT Krakatau Posco dan PT Dexin Steel Indonesia.

Di sisi lain, pasokan bahan baku dari dalam negeri bukan tanpa kendala. Waktu tunggu pemenuhan pesanan saat ini membutuhkan waktu dua hingga tiga bulan, dari semula hanya satu bulan.

Pada Ramadan dan jelang Lebaran ini, Stephanus mengatakan tengah menggenjot stok bahan baku untuk mengamankan kebutuhan produksi bulan-bulan mendatang.

"Masuk ke libur Lebaran pada umumnya stok agak rendah karena market domestik juga sepi. Dengan kondisi sekarang, stok kami tingkatkan supaya tidak terjadi kekurangan di bahan baku produksi," jelasnya.

Tahun ini Tata Metal menargetkan kenaikan produksi hingga 50 persen dari 150.000 ton pada tahun lalu menjadi 225.000.

Hal itu salah satunya didorong oleh perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) hingga September 2022. Selain itu, Stephanus juga memproyeksi ada potensi serapan yang cukup besar dari naiknya penggunaan solar panel untuk energi terbarukan pada perumahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper