Bisnis.com, JAKARTA — Total utang negara-negara di seluruh dunia akan menyentuh rekor tahun ini atau naik 9,5 persen menjadi US$71,6 triliun. Hal ini didorong oleh Amerika Serikat, Jepang dan China, kata perusahaan manajemen aset Janus Henderson dalam sebuah laporan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pemerintah-pemerintah di seluruh dunia telah meningkatkan pinjaman sejak pandemi Covid-19 merebak dua tahun lalu. Sebagaimana diketahui setiap negara berupaya keras menekan dampak krisis dengan memberikan stimulus.
Itu membuat utang pemerintah global mencapai rekor US$65,4 triliun pada tahun 2021, dibandingkan dengan US$52,2 triliun pada Januari 2020, kata Janus Henderson. Utang China naik tercepat dan terbesar dalam bentuk tunai, naik seperlima atau US$650 miliar tahun lalu.
Di antara negara ekonomi besar dan maju, Jerman mengalami peningkatan terbesar secara persentase, dengan pertumbuhan sebesar 15 persen, hampir dua kali lipat kecepatan rata-rata global.
Menurut Janus Henderson, utang pemerintah telah meningkat tiga kali lipat dalam dua dekade terakhir, tetapi faktor yang meringankan adalah biaya pembayaran utang yang rendah.
Dengan tingkat bunga efektif pada semua utang pemerintah dunia turun menjadi 1,6 persen tahun lalu dari 1,8 persen pada 2020, biaya pembayaran utang turun menjadi US$1,01 triliun.
Sementara itu pemulihan ekonomi global yang kuat artinya rasio utang terhadap PDB global meningkat menjadi 80,7 persen pada tahun 2021 dari 87,5 persen pada tahun 2020.
Namun sekarang, biaya utang dapat meningkat tajam, perkiraan perusahaan manajemen aset, memperkirakan beban bunga global meningkat hampir 15 persen dengan basis mata uang konstan menjadi 1,16 triliun dolar AS pada tahun 2022.
"Dampak terbesar akan dirasakan di Inggris berkat kenaikan suku bunga, dampak inflasi yang lebih tinggi pada sejumlah besar utang terkait indeks Inggris, dan biaya untuk menghentikan program pelonggaran kuantitatif (QE)," laporan tersebut mengatakan.
"Ketika suku bunga naik, ada biaya fiskal yang signifikan terkait dengan pelonggaran QE. Bank-bank sentral akan mengkristalkan kerugian pada kepemilikan obligasi mereka yang harus dibayar oleh pembayar pajak."
Bank sentral Inggris (BoE) telah menaikkan suku bunga tiga kali sejak Desember menjadi 0,75 persen. Pasar keuangan memperkirakan suku bunga mencapai 2,0 persen pada akhir tahun ini.
Dengan lonjakan inflasi dan investor mengantisipasi suku bunga yang lebih tinggi dari bank-bank sentral utama, imbal hasil obligasi pemerintah juga meningkat tajam.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun, misalnya, naik hampir 100 basis poin tahun ini menjadi 2,45 persen.
Laporan Janus Henderson mengatakan pasar obligasi pemerintah global memberikan pengembalian total -1,9 persen pada tahun 2021, hanya keempat kalinya dalam 35 tahun mengalami penurunan.