Bisnis.com, JAKARTA - Penutupan wilayah atau lockdown meluas di China seiring bangkitnya kenaikan kasus Covid-19 di negara itu. Lockdown yang masif dikhawatirkan berdampak pada rantai pasok dunia yang sangat bergantung pada China, salah satunya untuk industri bahan baku obatnya.
Sementara itu, sebanyak lebih dari 90 persen pasokan bahan baku obat (BBO) untuk industri farmasi dalam negeri masih bergantung dari impor. Selain India, China merupakan sumber utama BBO Indonesia.
Pamian Siregar, Presiden Direktur PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) mengatakan industri farmasi enggan kecolongan kali ini. Belajar dari sejumlah kasus kemacetan rantai pasok sebelumnya, industri telah mengantisipasi dengan menerapkan manajemen pasokan dan inventaris.
"Antisipasi industri farmasi dan KFSP di industri BBO saat ini berkembang lebih baik. Kami melakukan perubahan kebijakan supply chain management dan inventory management," kata Pamian kepada Bisnis, Rabu (6/4/2022).
Sebelumnya, kemacetan rantai pasok selama masa pandemi terjadi dua kali, yakni pada 2020 ketika lockdown ketat diberlakukan di China, menyusul kemudian India dengan lonjakan kasusnya yang tinggi. Setelah itu, pada tengah tahun lalu, China dilanda krisis energi yang menyebabkan banyak perusahaan manufakturnya terpaksa menghentikan operasi.
Pamian melanjutkan, sebagai produsen BBO, anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero), Tbk. (KAEF) itu melakukan dua perubahan kebijakan untuk meningkatkan kesiapan suplai ke industri farmasi domestik. Pertama, produksi untuk mengamankan stok. Kedua, meningkatkan persediaan BBO dan material untuk produksi.
Baca Juga
"Apabila produksi sebelumnya masih menerapkan sistem make to order, maka saat ini setelah beberapa perusahaan farmasi menggunakan BBO yang dihasilkan [KFSP] secara reguler, sistem make to stock dapat dilakukan," jelas Pamian.
KFSP menargetkan pengembangan empat jenis bahan baku obat (BBO) baru sepanjang tahun ini. Sejak didirikan pada 2016, KFSP telah memproduksi 10 jenis BBO, dimana enam diantaranya telah digunakan oleh industri farmasi domestik. Sementara empat sisanya masih dalam proses pengalihan sumber bahan baku di 28 perusahaan industri farmasi.
Dia mengatakan setelah adanya dorongan penggunaan produk dalam negeri (PDN) dalam belanja pemerintah, Kementerian Kesehatan saat ini aktif mendorong proses pengalihan sumber BBO dalam negeri oleh industri farmasi. Bahkan, lanjutnya, Kemenkes memberikan fasilitasi pendanaan untuk uji bio ekuivalensi kepada industri farmasi yang melakukan pengalihan sumber bahan baku.
"Selain itu juga direncanakan pada pengadaan e-catalogue tahun ini, adanya keberpihakan atau prioritas untuk produk yang menggunakan BBO dalam negeri melalui instrumen TKDN [tingkat komponen dalam negeri]," katanya.