Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Bank Permata (BNLI) Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dekati 5 Persen di Kuartal II/2022

PT Bank Permata Tbk. (BNLI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2022 mendekati 5 persen, lebih rendah dibandingkan tahun lalu dimana pada kuartal II/2021 pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen.
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Permata Tbk. (BNLI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2022 mendekati 5 persen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, di tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19, momentum Ramadhan dan Lebaran biasanya akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi lantaran konsumsi masyarakat meningkat.

Apalagi, tahun ini pemerintah telah mengeluarkan izin bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik Lebaran dengan syarat telah mendapatkan dua kali vaksin Covid-19 dan booster serta tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Konsumsi ini pent up demand ya, artinya karena ketahan belanja 2 tahun terakhir ini, nggak bisa mudik, nggak bisa travelling, konsumsinya ini akan cenderung meningkat di kuartal II tahun ini," ungkap Josua kepada Bisnis, Senin (4/4/2022).

Tak hanya itu, pada momentum Lebaran, ada tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 untuk aparatur sipil negara (ASN) sehingga akan meningkatkan konsumsi masyarakat.

Kendati demikian, Josua menyampaikan pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2022 diperkirakan tidak sama dengan tahun lalu, dimana pada kuartal II/2021 pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen.

"Spending itu tentunya akan meningkat. Secara teknikalnya di kuartal II tahun lalu itu pertumbuhan ekonomi kita tumbuhnya cukup tinggi 7 persen, sehingga kita perlu melihat dampak high base di tahun lalu. Saya pikir [pertumbuhan ekonomi kuartal II/2022] tidak akan sampai 7 persen. Tapi mendekati 5 persen saya rasa potensinya besar," ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pertumbuhan yang mendekati 5 persen tersebut lantaran saat ini pemerintah tengah menyusun kebijakan akibat dampak kenaikan harga pangan dan harga Pertamax. Selain itu, pemerintah juga akan menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) khususnya untuk 20 juta keluarga penerima bantuan.

"Tapi kalau kita lihat secara umum, kalau dalam kondisi normal ini akan bisa tetap tinggi, tapi karena ada pengaruh high basenya itulah yang menyebabkan tidak akan lebih tinggi dari kuartal II/2021," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper