Bisnis.com, JAKARTA – Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami perbaikan tipis menjadi 51,3 pada Maret 2022 dibandingkan posisi Februari 51,2.
Menurut data terkini IHS Markit yang kini berada di bawah S&P Global, produksi dan pesanan baru terus naik pada bulan lalu, meski tingkat pertumbuhannya melambat di tengah dampak gangguan terkait pandemi yang masih ada. Permintaan asing juga melambat di tengah laporan hambatan pengiriman.
Tingkat ketenagakerjaan naik untuk mendukung kenaikan persyaratan produksi. Meski hanya marginal, tingkat lapangan kerja meningkat tajam dalam kurun waktu hampir tiga tahun.
"Meski kenaikan output dan pesanan baru melambat menghadapi dampak Covid-19 yang masih ada, kepercayaan bisnis meningkat tajam di antara perusahaan manufaktur di tengah gelombang virus terkini yang mereda. Sangat penting untuk mengamati apakah sentimen positif berarti pertumbuhan produksi yang lebih baik pada bulan-bulan mendatang," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit, Jumat (1/4/2022).
Sementara waktu pengiriman dari pemasok diperpanjang, tekanan harga semakin intensif di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Akan tetapi, keseluruhan kepercayaan diri bisnis membaik di tengah harapan kuat akan pemulihan pasca pandemi.
Kenaikan berkelanjutan pada aktivitas produksi mengerek pembelian, yang menyebabkan meningkatnya pada stok pada Maret. Kepemilikan barang jadi juga bertumbuh, karena output naik melebihi tingkat ekspansi yang terjadi pada pesanan baru.
Sementara itu, penumpukan pekerjaan turun pada bulan Maret. Responden survei mengaitkan penurunan ini dengan kenaikan lambat pada pesanan baru. Tekanan baru pada rantai pasokan dilaporkan pada Maret, dengan kinerja pemasok memburuk setelah membaik selama dua bulan.
Bukti anekdotal menunjukkan bahwa penundaan pengiriman dan kekurangan bahan baku menyebabkan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan pada Maret.
"Akan tetapi perusahaan melaporkan bahwa rantai pasokan dan tekanan harga memburuk, yang merupakan topik umum untuk sektor manufaktur pada Maret, karena gangguan rantai pasokan global dan dampak perang Ukraina. Tekanan rantai pasokan berkepanjangan dapat menghambat pemulihan sektor dari gelombang Covid-19 terkini," imbuhnya.
Dari segi harga, baik biaya input dan harga output terus naik pada Maret dan pada kisaran yang lebih cepat dibandingkan pada Februari. Perusahaan manufaktur mengaitkan kenaikan biaya input dengan kenaikan harga bahan baku dan nilai tukar mata uang, yang menyebabkan mereka meneruskan beban biaya yang lebih tinggi kepada konsumen.
Kepercayaan bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia bertahan positif, dengan tingkat sentimen positif menguat ke posisi tinggi delapan bulan karena gelombang Covid-19 terkini berkurang. Perusahaan secara umum berharap penuh bahwa bisnis baru akan terus berekspansi sejalan dengan kondisi ekonomi membaik.
"Berita baiknya adalah kondisi ketenagakerjaan membaik pada Maret, karena perusahaan tetap percaya diri dalam memperbesar kapasitas tenaga kerja mereka untuk menampung persyaratan produksi berkelanjutan dan yang akan datang. GDP Indonesia diharapkan akan mencapai 4,9 persen pada 2022 mengingat dampak terkini dari perang Ukraina-Rusia terhadap harga," ujar Pan.