Bisnis.com, JAKARTA - China menghadapi masa terburuk sejak pandemi pertama kali menyebar pada awal 2020.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (27/3/2022), ekonom Nomura Holdings Inc., Lu Ting mengatakan dalam catatan, bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi China semakin parah pada kuartal pertama dan diperkirakan akan terus lemah pada kuartal II.
"[Aktivitas ekonomi] mungkin bakal memburuk secara keseluruhan [pada Maret]," tulisnya.
Hal itu karena terbebani oleh pembatasan aktivitas di seluruh negeri dan kemerosotan sektor properti yang berkelanjutan, kata mereka.
Kenaikan kasus Covid-19 telah menekan sejumlah sektor, termasuk jasa, konstruksi dan aktivitas manufaktur. "ini akan semakin sulit bagi Beijing untuk mencapai target pertumbuhan PDB sekitar 5,5 persen pada 2022," ujar ekonom.
Bank investasi ini memangkas proyeksi pertumbuhan China pada April hingga Desember lantaran kasus Covid-19 yang memburuk.
Baca Juga
Meskipun para ekonom merevisi pertumbuhan China pada kuartal I/2022 menjadi 4,2 persen, Nomura mengatakan bahwa pertumbuhan sebesar 2,9 persen lebih merefleksikan kondisi ekonomi yang sebenarnya.
Pada awal tahun, perekonomian China langsung tancap gas seiring dengan menguatnya belanja konsumen, investasi, dan hasil produksi industri.
Namun, kondisi tersebut tiddak berlangsung lama setelah kenaikan kasus Covid-19 dan invasi Rusia di Ukraina yang telah mengguncang pasar uang global dan mengerek harga energi. China melaporkan 5.600 kasus Covid-19 baru per Sabtu.
Aktivitas produksi di Shenzen sebagai hub manufaktur China dan kota otomotif Changchun langsung terdampak. Ditambah lagi, pusat keuangan di Shanghai juga telah menerapkan restriksi yang meminta masyarakat tetap di rumah.