Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Beberkan Tiga Faktor yang Picu Perlambatan Uang Beredar pada Februari 2022

Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan M2 dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu akselerasi penyaluran kredit, perlambatan ekspansi keuangan pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih.
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang untuk pengisian ATM, di Cash Center PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12/2018)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2022 tercatat sebesar Rp7,672,4 triliun atau tumbuh 12,5 persen secara tahunan  (year on year/yoy).

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Januari 2022 sebesar 12,8 persen.

Berdasarkan Laporan Analisis Uang Beredar, Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan M2 dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu akselerasi penyaluran kredit, perlambatan ekspansi keuangan pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih.

BI mencatat, penyaluran kredit tumbuh 5,9 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,4 persen yoy.

"[Hal tersebut] sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit produktif maupun konsumtif," tulis BI dalam laporannya, Kamis (24/3/2022).

Di sisi lain, ekspansi keuangan pemerintah tercatat melambat, seiring dengan perlambatan pertumbuhan tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat dari 48,1 persen yoy pada Januari 2022 menjadi 42,7 persen yoy pada bulan laporan.

BI menyampaikan, perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan tagihan sistem moneter kepada pemerintah pusat berupa kepemilikan surat berharga negara.

Selain ekspansi keuangan pemerintah yang tercatat melambat, aktiva luar negeri bersih  juga tercatat melambat.

Pada Februari 2022, aktiva luar negeri bersih tumbuh sebesar 1,4 persen yoy, melambat dibandingkan Januari 2022 yaitu 1,8 persen yoy. Hal ini, sejalan dengan perkembangan cadangan devisa dan penguatan rupiah terhadap valuta asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper