Bisnis.com, PRAYA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut batu bara masih menjadi andalan Pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan devisa Negara.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, terus meningkatnya permintaan dari Tiongkok, menyusul mulai memasuki musim dingin, serta kondisi cuaca buruk yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan transportasi batu bara di sejumlah provinsi produsen batu bara, menjadi faktor naiknya harga batu bara global.
Adapun, kenaikan harga batu bara pada 2021 juga merupakan imbas dari pemulihan ekonomi dunia pascapandemi yang menyebabkan permintaan batu bara meningkat.
Sementara itu, tingkat produksi masih belum bisa mengimbangi tingginya permintaan. Permintaan sangat tinggi terjadi di China, ditambah gangguan pasokan dan harga gas alam yang lebih tinggi secara global.
Terkini, invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu kembali mengerek harga batu bara global. Di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak di bulan Maret 2022 sudah mencapai harga US$ 418,75/ MT. Bahkan, jika melansir Barchart.com, harga kontrak untuk bulan April 2022 di ICE Newcastle telah mencapai angka US$ 478/MT.
Sementara di Indonesia, Kementerian ESDM telah menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) pada bulan Maret 2022 sebesar US$203,69 per ton atau naik US$15,31 per ton dari bulan Februari lalu, yaitu US$188,38 per ton.
Baca Juga
"Konflik ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina menyebabkan ketidakpastian pada pasokan gas," ujarnya lewat rilisnya, Kamis (17/3/2022).
Sekadar informasi, Sejumlah faktor seperti merebaknya pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas ekonomi publik, hingga perkembangan konflik geopolitik yang terjadi di Eropa telah mendorong peningkatan harga sejumlah harga komoditas energi.
Paling terlihat jelas adalah harga batu bara yang bergerak fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contoh adalah pada 2021 pemerintah sempat menetapkan harga batubara acuan tertinggi pada November 2021 mencapai US$215,63 per metrik ton (MT).
Agung melanjutkan, Rusia merupakan salah satu produsen gas terbesar di dunia sehingga adanya konflik tersebut menyebabkan terjadinya kendala pasokan gas di Eropa.
"Akibatnya negara-negara Eropa mulai beralih kembali ke batu bara sebagai sumber energi," ujarnya.
HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.
Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel).
Sementara itu jika mengacu pada Argus/Coalindo Indonesian Coal Index tanggal 25 Februari 2022, harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 3, sebuah indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 5.000 kcal/kg berada di harga US$118/MT.
Adapun, harga batu bara untuk kelompok Indonesia Coal Index (ICI) 4, sebuah indeks untuk batu bara dengan kandungan Gross Calorific Value (GAR) 4.200 kcal/kg berada di harga US$79,54/MT.
Selain itu, harga rata-rata pada Februari 2022 untuk ICI 3 adalah US$115/MT, naik dari harga bulan Januari 2022 yang sebelumnya sebesar US$96,16/MT. Untuk harga rata- rata ICI 4 bulan Februari 2022 tercatat sebesar US$ 76,17/MT, naik dari bulan sebelumnya di harga US$61,80/MT.
Seperti halnya harga kontrak April di mana terjadi kenaikan yang cukup tinggi untuk ICE Newcastle, kontrak pada bulan April 2022 di ICI 4 juga tercatat naik menjadi US$134/MT. Sementara harga kontrak Mei Q2/2022 turun menjadi US$129/MT, dan Q3/2022 kembali turun menjadi US$114/MT.
Sebagian besar kualitas batu bara yang dihasilkan di Indonesia memiliki tingkat kalori antara 4.200 – 5.000 kcal/kg.
Tingginya harga komoditas batu bara akibat situasi geopolitik dunia saat ini sejatinya bisa dijadikan momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara.
Secara terpisah, pengamat pertambangan Ahmad Redi mengatakan, di tengah masa pandemi komoditas batu bara telah menjadi salah satu sumber devisa, dan pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini sangat membantu penerimaan negara yang saat ini terganggu dengan pelemahan ekonomi global akibat pandemi Covid-19.
“Karena pada masa pandemi ini ternyata komoditas batu bara ini sangat signifikan kenaikan harganya. Di satu sisi ini berkah bagi penerimaan negara,” katanya,
Pengajar di Universitas Tarumanegara ini melanjutkan, kenaikan harga batu bara merupakan berkah bagi perusahaan batu bara dan sekaligus berkah bagi perekonomian nasional Indonesia.
“Karena royalti pasti akan naik, karena persentase royalti batu bara itu ditentukan dari harga jualnya. Lalu PPN dan PPh dari sektor ini juga akan naik. Termasuk pajak ekspor dan lainnya. Artinya ini dari sisi penerimaan negara kenaikan harga batu bara sangat baik,” ujarnya.