Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Tinggi, Pemerintah Genjot Produksi Gas Alam

SKK Migas menargetkan peningkatan produksi gas alam nasional seiring dengan harga minyak dunia yang tinggi.
Gas Alam /Bloomberg
Gas Alam /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan peningkatan produksi gas alam nasional seiring dengan peningkatan harga minyak dunia.

Hal ini menjadi salah satu isu penting yang dibahas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam gelaran CEO Forum ketiga di tahun 2022 dengan tema "Boosting Investment Towards Achieving Long Term Planning".

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas menjelaskan CEO Forum digelar untuk menyikapi dinamika perkembangan Industri Migas terkini. Terlebih, saat ini terjadi kenaikan harga minyak dunia akibat kondisi suplai global yang telah lama underinvestment serta tidak dapat memenuhi demand yang membaik dikarenakan perbaikan kondisi pandemi Covid-19.  

"Terlebih dengan kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang juga mengganggu suplai, sehingga harga minyak dunia sempat menembus angka US$125 per barrel, yang merupakan harga minyak tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Meskipun hari ini berada kembali dibawah US$100 per barel. Harga akan terus berfluktuasi, namun pada tingkat yang tinggi," kata Dwi dalam acara CEO Forum 2022, Rabu (16/03/2022).

Menurut Dwi, peningkatan harga juga terjadi untuk gas global. Tren peningkatan bahkan diperkirakan berlanjut hingga 2025. Sejumlah faktor pendorongnya antara lain minimnya proyek LNG yang mencapai tahapan Final Investment Decision (FID) pada 2015-2018. Selain itu, terlambatnya sejumlah proyek akibat pandemi Covid-19 turut memberi dampak.

Pasokan gas global diprediksi akan kembali meningkat pasca FID sejumlah proyek pada 2019. Meski demikian, pertumbuhannya diperkirakan masih akan berada di bawah demand jangka panjang sehingga tren harga akan tetap meningkat.

Dwi menjelaskan, industri hulu migas harus dapat mengambil momentum harga migas, dengan segera mengambil langkah-langkah untuk mempercepat dan meningkatkan pelaksanaan program kerja tahun 2022 pada khususnya dan investasi di hulu migas pada umumnya. 

Dwi menegaskan bahwa migas akan terus berperan dan dibutuhkan dalam pembangunan, terlebih dengan tingginya harga minyak dunia memberikan kontribusi yang optimal bagi penerimaan negara. Pada 2021 penerimaan negara dari hulu migas mencapai US$13,67 miliar atau setara Rp 206 triliun dan mencapai 188,8 persen dari target APBN 2021 yang sebesar US$7,28 miliar. 

Pada kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyampaikan peran gas bumi menjadi krusial dalam masa transisi dan harus bisa dioptimalkan.

Pemerintah telah menetapkan target lifting 2022 untuk minyak sebesar 703.000 barel minyak per hari (BOPD) dan lifting gas 5.800 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

"Untuk mencapai target ini tidak bisa dengan cara-cara biasa. Kita harus melakukan upaya extraordinary dengan melakukan eksplorasi yang masif, menerapkan teknologi, meningkatkan investasi," jelas Arifin.

Meski demikian, menurut Arifin, meningkatnya harga minyak dunia tidak langsung meningkatkan investasi hulu migas, karena secara bersamaan ada peningkatan investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper