Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia-Ukraina, Dewan Energi Nasional Pastikan Cadangan Energi Aman

Cadangan gas dan batu bara masih dinilai dalam taraf aman meskipun terjadi gejolak perang Rusia-Ukraina.
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). Pertamina menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 diantaranya melalui pemanfaatan energi rendah karbon dan efisiensi energi sebagai komitmen perseroan terhadap implementasi Environmental, Social and Governance (ESG). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). Pertamina menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 diantaranya melalui pemanfaatan energi rendah karbon dan efisiensi energi sebagai komitmen perseroan terhadap implementasi Environmental, Social and Governance (ESG). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran akan ketahanan energi nasional berekskalasi akibat harga berbagai komoditas energi di pasar internasional melambung pasca invasi Rusia ke Ukraina.

Meski demikian, Dewan Energi Nasional (DEN) menilai ketahanan energi Indoensia masih dalam posisi yang cukup aman meskipun di luar terjadi berbagai gejolak.

Sekretaris DEN, Djoko Siswanto, menilai sumber daya alam Indonesia sangat membantu untuk kondisi seperti sekarang dimana bahan baku energi semua tersedia di dalam negeri, bahkan Indonesia justru bisa melakukan ekspor berbagai komoditas seperti batu bara maupun gas alam.

“Gas kita juga masih ekspor dalam bentuk LNG dan gas pipa. Untuk EBT kita masih 11,7 persen jadi perlu mengejar target 23 persen di 2025. Namun demikian dengan fakta yang ada, indeks ketahanan energi kita berada di angka 6,57. Artinya masuk dalam kategori tahan,” ujar Djoko pada acara Energy Corner yang disiarkan oleh CNBC TV Indonesia, Senin (07/03/2022).

Untuk menentukan indeks ketahanan energi nasional, variabel harga menjadi salah satu faktor yang nilai cukup tinggi. Karena itu dengan kebijakan pemerintah yang telah memberlakukan harga DMO batu bara untuk pembangkit listrik PLN maksimal sebesar US$ 70 per ton, sangat berpengaruh terhadap indeks angka ketahanan energi.

“Belajar dari pengalaman pemerintah menetapkan harga batu bara US$70 per ton sehingga ini menjadi cukup bagus angka daripada indeks ketahanan energi,” jelas Djoko.

Sapto Aji Nugroho menyebutkan kondisi pasokan energi primer untuk PLN mulai dari BBM, batu bara dan gas saat ini masih dalam kondisi aman.

“Sehingga cukup terjamin saat ini di pembangkit kami. Terkait dengan gas kita punya kontrak jangka panjang sehingga pengadaan kita baik dan aman, untuk BBM kita dapat support dari Pertamina,” pungkas Sapto.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper