Bisnis.com, JAKARTA – Rusia mengancam akan memotong pasokan gas alam ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 sebagai bagian dari tanggapannya terhadap sanksi yang dijatuhkan atas invasi Ukraina.
Langkah ini dikhawatirkan dapat meningkatkan gejolak di pasar energi dan mendorong harga konsumen lebih tinggi.
Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan Rusia memiliki hak untuk mengambil tindakan yang mencerminkan sanksi yang dijatuhkan pada ekonomi Rusia.
Namun, dia mengatakan belum ada keputusan untuk mematikan Nord Stream 1 dan pipa saat ini beroperasi pada kapasitas penuh.
Komentar tersebut muncul setelah spekulasi beredar di pasar gas Eropa, dengan harga pada satu titik melonjak hampir 80 persen di tengah kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia.
“Rusia memiliki pilihan lain untuk menjual minyaknya. Jika AS dan Uni Eropa melarang impor Rusia, dan dia memperingatkan bahwa setiap langkah seperti itu dapat memiliki konsekuensi bencana bagi pasar dunia dengan harga melonjak hingga US$ 300 per barel atau lebih,” tekan Novak dilansir dari Bloomberg, Selasa (08/03/2022).
Ketergantungan Eropa pada energi Rusia menjadi perhatian bagi para pemimpin Uni Eropa untuk menyepakati bagaimana menanggapi perang Rusia Ukraina.
Bulan lalu, Berlin menangguhkan proyek pipa Nord Stream 2 senilai US$ 11 miliar, dan pejabat Uni Eropa mengatakan mereka sedang mengerjakan rencana yang dapat memotong kebutuhan impor blok itu dari Rusia hampir 80 persen tahun ini.
Tetapi banyak politisi UE tetap waspada terhadap tindakan Rusia. Hal ini merupakan salah satu alasan Jerman menolak proposal larangan impor minyak.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan minyak dan gas Rusia sangat penting bagi ekonomi Eropa. Sekitar 40 persen impor gas UE dan seperempat pasokan minyak berasal dari Rusia.