Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Hidayat melaporkan importir kembali menaikan harga jual kedelai kepada pengrajin tahu dan tempe di posisi Rp11.300 sampai Rp11.400 per kilogram pada Senin (7/3/2022).
Langkah itu diambil, kata Hidayat, untuk menyesuaikan reli kenaikan harga kedelai di pasar dunia yang kembali berlanjut akibat Perang Rusia-Ukraina. Selain itu, turunnya produksi kedelai di Brasil akibat cuaca buruk turut mengungkit harga bahan baku tahu dan tempe itu di pasar dunia.
“Jadi banyak faktor yang mendorong kenaikan harga kedelai dunia termasuk perang Rusia-Ukraina, akhirnya importir menyesuaikan harga untuk pasokan ke dalam negeri,” kata Hidayat melalui sambungan telepon, Senin (7/3/2022).
Menurut Hidayat, harga kedelai di pasar dunia masih mengalami kenaikan yang signifikan sejak awal tahun ini. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada pekan pertama Maret 2022 sudah mencapai US$16,91 per bushels untuk pengiriman Mei 2022.
Adapun, tren kenaikan harga kedelai itu melampaui perkiraan awal dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang memproyeksikan harga tertinggi bahan baku itu bakal menyentuh US$15,78 per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar US$15,75 per bushels.
“Jadi harga lagi bergerak terus, kita usaha stok tersedia untuk kebutuhan pengrajin di dalam negeri, saat ini kita pasok dari Amerika dan Kanada,” kata dia.
Baca Juga
Adapun, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) melaporkan FAO Food Price Index (FFPI) pada Februari 2022 menyentuh di angka 140.7 atau naik 3,9 persen dari torehan Januari dan lebih tinggi 20,7 persen secara tahunan (year-on-year). Laporan itu sekaligus menunjukkan rekor indeks harga pangan dunia sejak Februari 2011. Kenaikan indeks harga pangan dunia itu didorong harga minyak nabati dan susu. Selain itu, harga sereal dan daging juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Adapun indeks harga minyak nabati pada Februari menyentuh di angka 201.7 atau naik 8,5 persen secara bulanan. Torehan itu sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Reli harga minyak nabati itu didorong kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO), kedelai, biji bunga matahari.
“Pada Februari, harga CPO dunia mengalami kenaikan dua bulan terakhir akibat permintaan yang tinggi sementara adanya penurunan ekspor dari Indonesia. Sementara harga kedelai dunia juga meningkat seiring dengan memburuknya prospek produksi di Amerika Selatan,” tulis FAO dalam laporannya yang dirilis, Jumat (4/3/2022).
Di sisi lain, harga minyak biji bunga matahari juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena adanya disrupsi pasokan di kawasan Laut Hitam yang menyebabkan turunnya volume ekspor.