Bisnis.com, JAKARTA — Harga gandum terus mengalami kenaikan hingga Maret 2022 terlebih setelah meletupnya konflik antara Rusia dan Ukraina. Kondisi itu diprediksi akan mengerek harga mi instan hingga sereal.
International Grains Council (IGC) Market Indicator melaporkan harga gandum di pasar dunia sudah mencapai US$335 per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 46 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu di angka US$229 per ton.
Pada awal tahun ini, IGC Market Indicator melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia. Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit sub-indeks gandum sebesar 12 persen hampir mendekati puncaknya selama 14 tahun terakhir.
Stok gandum nasional saat ini dilaporkan masih sekitar 2 juta ton. Jumlah itu diklaim mampu bertahan hingga April 2022.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro, Rami Ramdana, dan Drewya Cinantyan sebelumnya telah menjelaskan bahwa Indonesia memiliki hubungan dagang yang cukup besar dengan Rusia dan Ukraina. Konflik saat ini bisa memengaruhi aktivitas perdagangan yang ada.
Indonesia merupakan importir utama dan terbesar gandum, yang berdasarkan data trademap.org volume impor gandum dan meslin selalu di atas 10 juta ton dalam kurun 2016 hingga 2020. Adapun, sepertiga impor gandum Indonesia berasal dari Ukraina.
Baca Juga
Bahana memperkirakan konflik yang terjadi di Eropa Timur itu bisa berdampak terhadap pasokan dan harga gandum. Imbasnya, produk-produk dengan bahan dasar gandum di Indonesia bakal turut terdampak.
"Persiapkan jika harga roti, sereal, dan mi instan anda naik, atau ukurannya menjadi lebih kecil, seperti tempe atau tahu [yang terdampak oleh kenaikan harga kedelai]," tulis ketiganya dalam catatan resmi, dikutip pada Senin (7/3/2022).
Menurut Putera, Rami, dan Drewya, nilai impor gandum Indonesia dari Ukraina pada 2021 mencapai US$946 juta. Nilainya menjadi yang terbesar dari total impor komoditas HS10 yang mencapai US$3 miliar.
HS10 merupakan kode perdagangan untuk komoditas sereal, yang di antaranya gandum, jagung, beras, biji-bijian, dan sereal lainnya.
Selain gandum, minyak sawit atau crude palm oil (CPO) menjadi komoditas yang dapat terpengaruh oleh konflik di Eropa Timur. Rusia dan Ukraina tercatat mengandalkan pasokan CPO dari Indonesia.
"Tahun lalu, Indonesia mengekspor US$1,1 miliar minyak sawit ke Rusia dan Ukraina, menyumbang 3 persen dari ekspor CPO Indonesia [senilai US$32,8 miliar)," tulis ketiganya.