Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menegaskan harga produk makanan dan minuman olahan dari gandum akan stabil hingga Mei 2022 atau saat lebaran nanti. Peritel menurutnya memiliki buffer stock yang cukup hingga hingga Juni 2022.
“Menurut laporan dari anggota pasokan masih berjalan normal belum ada laporan signifikan dari makanan dan minuman bahan gandum artinya untuk stok sampai lebaran nanti masih tersedia,” kata Roy melalui sambungan telepon, Minggu (6/3/2022).
Roy menambahkan pasokan yang tersedia di gerai modern saat ini masih menggunakan harga dengan asumsi biaya pokok produksi sebelumnya yang belum mengalami penyesuaian akibat kenaikan harga gandum di pasar internasional.
Menurut dia, produsen makanan dan minuman olahan dari gandum itu baru mulai menggunakan bahan baku dengan penyesuaian harga teranyar saat memasuki Mei nanti. Alasannya, stok gandum nasional saat ini masih sekitar 2 juta ton yang mampu bertahan hingga April 2022.
“Mestinya, masih bisa terkendali harga pada semester ini, tapi nanti setelah Mei tentu barang-barang yang baru masuk ke ritel akan menyesuaikan dengan harga bahan baku yang sudah tertahan tinggi,” kata dia.
Sebelumnya, Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) memastikan pasokan gandum untuk kebutuhan industri dan konsumsi dalam negeri bakal tetap terjaga di tengah sentimen perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan pengusaha tengah berkomunikasi dengan mitra produsen gandum selain Ukraina dan Rusia untuk memastikan pasokan di dalam negeri aman.
“Soal terhambatnya pasokan dari Ukraina saya kira kita tidak perlu khawatir karena stok dari produsen lain masih banyak,” kata Ratna melalui sambungan telepon, Minggu (6/3/2022).
Sementara itu, International Grains Council (IGC) Market Indicator melaporkan harga gandum di pasar dunia sudah mencapai US$335 per ton pada Maret 2022 atau mengalami kenaikan sebesar 46 persen jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu di angka US$229 per ton.
Pada awal tahun ini, IGC Market Indicator melaporkan perang Rusia-Ukraina yang belakangan menimbulkan ketegangan di Laut Hitam turut menjadi faktor kenaikan harga gandum di pasar dunia. Ketegangan di Laut Hitam itu mengungkit sub-indeks gandum sebesar 12 persen hampir mendekati puncaknya selama 14 tahun terakhir.