Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengungkapkan proyek pembangkit listrik tenaga energi baru terbarukan atau PLT Baseload sebesar 1,1 gigawatt akan menyerap investasi hingga US$4 miliar.
Dia menuturkan bahwa perusahaan setrum telah membuka sejumlah lelang proyek energi baru terbarukan kepada investor. Salah satunya adalah proyek PLT EBT Baseload. Proyek ini akan menggunakan 100 persen EBT namun dengan pengoperasian selama 24 jam.
“Teknologinya tidak kita kunci, kita buka, tapi harus beroperasi 24 jam. Artinya ada battery energy storage system-nya, ini besar sekali projeknya bisa mendekati US$3 - 4 billion [miliar],” katanya saat Energy Outlook 2022 CNBC, Kamis (24/2/2022).
Saat ini proyek PLT EBT masih sangat mahal. Darmo menjabarkan asumsi harga listrik PLTS sekitar US$4 sen per kWh ditambah dengan battery energy storage storage system (BESS) mencapai US$12 sen per kWh.
Artinya harga listrik bersih bisa menembus US$16 sen per kWh. Padahal pembangkit berbasis batu bara atau PLTU hanya menjual listrik seharga US$6 - 8 sen per kWh.
Bila harga tersebut diterapkan untuk saat ini, dia menilai bahwa PLN maupun pemerintah akan menanggung kerugian sekitar Rp5 triliun per tahun. Namun demikian, Darmawan optimistis teknologi masa depan untuk pengembangan energi bersih akan menjadikan harga EBT semakin murah dan efisien.
Baca Juga
Sebab itu dalam lelangnya, PLN memberikan kesempatan untuk perusahaan yang berminat saling berkompetisi dalam menciptakan inovasi teranyar. Langkah ini diiringi dengan upaya perseroan menciptakan iklim investasi yang ramah bagi investor.
“Saat ini mengenai investasi selama keekonomian proyek tersebut commercially viable [layak secara komersial] tentu saja investasi itu segera kompetitif,” terangnya.