Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap agar proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) yang berlokasi di Cekungan Kutai, Kalimantan Timur dapat segera selesai dan mulai berproduksi pada kuartal IV/2025.
Proyek IDD adalah proyek pengembangan 5 lapangan gas di laut dalam dengan kedalaman antara 975 m hingga 1.785 m yang dilakukan secara terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan gas pasar domestik dan Kilang LNG Bontang. Proyek IDD memiliki produksi mencapai 844 MMSCFD untuk gas alam dan minyak bumi 27.000 BOPD.
Dengan biaya investasi yang diperkirakan mencapai US$ 6,98 miliar, pengembangan Proyek IDD dilakukan dengan dua tahapan pekerjaan, yaitu Pengembangan Lapangan Bangka dengan 2 sumur yang dihubungkan ke fasilitas terapung West Seno (FPU) pada tahap I, serta pengembangan Gendalo Gehem (G-G) pada tahap II, yaitu pengembangan Lapangan Gehem, Gandang, Gendalo dan Maha dengan 26 sumur ke 2 unit FPU baru.
Dari lapangan-lapangan yang ada, hanya Lapangan Bangka saja yang telah diproduksikan secara komersial pada tanggal 17 Agustus 2016 silam.
Pada proyek IDD, Chevron bertindak sebagai operator. Perusahaan tersebut menguasai 62 persen hak partisipasi atau participating interest (PI). Sisanya dikuasai oleh ENI dengan porsi sebanyak 20 persen dan Sinopec Group 18 persen.
Akan tetapi, kelanjutan mega proyek ini masih belum memiliki kepastian. Pasalnya, sejak tahun 2020, Chevron menyatakan untuk tidak melanjutkan proyek IDD
Baca Juga
Deputi Operasi Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Julius Wiratno menyatakan, proyek IDD masih menunggu operator pengganti.
"Untuk proyek IDD ini update sekarang adalah operator Chevron Pacific Indonesia masih sedang over mencari operator pengganti," ujar Julius, kepada Bisnis, Selasa (22/02/2022).
Hingga saat ini Chevron tengah mencari operator baru untuk pengembangan IDD selanjutnya.
Padahal kajian teknologi untuk pengangkatan gas pada proyek IDD telah dilaksanakan. Rencananya, lean gas dari proyek IDD akan diolah menggunakan fasilitas pengolahan gas terapung atau Floating Processing Unit (FPU) Jangkrik berkapasitas 600 MMSCFD milik ENI. Saat ini FPU tersebut digunakan untuk pengembangan Blok Muara Bakau, Lapangan Jangkrik.
Gas dari proyek IDD akan dialirkan melalui penyambungan jalur bahwa laut (subsea tie-back) ke FPU Jangkrik yang mengolah gas dan kondensat dari 5 (lima) sumur produksi. Adapun, gas yang telah diolah tersebut dikirim dari FPU Jangkrik melalui pipa ekspor bawah laut ke ORF Jangkrik dan kemudian dialirkan ke sistem perpipaan gas di Kalimantan Timur.
“Pengoperasian hulu migas secara ekselen dan akan menjadi salah satu modal berharga dalam meningkatkan produktivitas hulu migas untuk mencapai target tahun 2030 yaitu 1 juta barel minyak dan 12 BSCFD gas," tutup Julius