Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geliat Investor Migas Kakap di RI & Sinyal Kuat Kembalinya Chevron-Shell

Semarak kegiatan eksplorasi di hulu migas Tanah Air turut menarik minat raksasa-raksasa migas global, seperti Chevron dan Shell kembali berinvestasi di RI.
Denis Riantiza Meilanova, M Ryan Hidayatullah
Selasa, 22 Juli 2025 | 10:30
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM

Bisnis.com, JAKARTA - Puluhan investor minyak dan gas bumi (migas), baik asing maupun lokal, ramai melakukan joint study di sejumlah prospek migas Tanah Air. Semarak aktivitas eksplorasi ini menjadi momentum diliriknya kembali hulu migas Indonesia oleh raksasa-raksasa migas global.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat sepanjang 2023-2025, terdapat 40 joint study, baik yang tengah berjalan maupun sudah selesai, yang dilakukan oleh sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk melihat potensi di area migas terbuka atau blok migas eksis.

Adapun, KKKS yang dimaksud, antara lain ExxonMobil, BP, Woodside Energy, ENI, Posco, PetroChina, TotalEnergies, CNOOC, Petronas, Harbour Energy, Japex, TexCal, TIS Energy, SK Earthon, Kufpec, Sinopec, Inpex, Pertamina, hingga MedcoEnergi.

Dari 40 joint study tersebut menghasilkan 16 blok migas baru. Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus mengatakan, peluang-peluang inilah yang dilihat investor terhadap kegiatan investasi di Indonesia.

Rikky pun menyebut sejumlah investor migas global lainnya juga telah menyatakan ketertarikannya terhadap potensi migas Indonesia. Beberapa di antaranya merupakan investor migas kakap yang sempat hengkang dari Indonesia beberapa tahun lalu, yakni Shell dan Chevron.

Dari peminatan tersebut, sejauh ini, terdapat empat investor yang telah membeli data terkait potensi blok migas melalui Migas Data Repository (MDR). MDR merupakan sistem keanggotaan yang dikelola oleh SKK Migas untuk pengelolaan dan pemanfaatan data migas. Anggota MDR, terutama KKKS, mendapatkan keuntungan akses data yang lebih murah dan mudah, terutama saat mengikuti lelang wilayah kerja (WK) migas.

Adapun, setiap perusahaan itu telah membayar US$30.000 untuk membeli data dari MDR.

"Ini [Shell, Jogmec, Dialog, dan PTTEP] sudah mengajukan yang ambil data [dari] MDR," ucap Rikky dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/7/2025).

Sinyal Kuat Kembalinya Chevron

Sementara itu, Chevron saat ini masih dalam tahap evaluasi dan penjajakan terhadap beberapa area prospektif di Indonesia. Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, raksasa migas asal Amerika Serikat (AS) itu ingin bergabung dengan KKKS yang menggarap WK migas eksis.

"Chevron lagi lihat-lihat dia lagi mau cari lapangan besar dan kalau bisa join dari lapangan yang sudah discovery," ucap Djoko.

Kendati demikian, Djoko tak memerinci WK migas mana yang tengah menjadi incaran Chevron. Dia hanya menekankan bahwa Chevron sedang menelaah data WK potensial yang sedang digarap KKKS.

Terpisah, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menambahkan, pihak Chevron memang berniat kembali masuk berinvestasi di sektor hulu migas RI. Namun, perusahaan itu tidak ingin informasinya terlalu digembar-gemborkan.

"Chevron itu tadi Pak Kepala mention bahwa kegiatannya memang belum masuk ke data reposisi dan kita tunggu bersama lah ya kalau Chevron ini dia enggak mau gembar-gembor dulu gitu, jadi harus [diperlakukan] dengan hati-hati sekali supaya memang tone-nya masuk," tuturnya.

Rikky menambahkan bahwa saat ini sejumlah KKKS telah melakukan komunikasi terkait potensi kerja sama dengan Chevron. Menurutnya, untuk mengelola blok raksasa membutuhkan investasi yang besar dan Chevron tidak bisa bekerja sendiri.

"Kami melihat bahwa antar KKKS itu kan saling bicara juga, saling ngobrol karena untuk kegiatan-kegiatan dengan investasi besar kan harus berbagi risiko," ucap Rikky.

Tren Peningkatan Investasi

Semarak aktivitas investor migas di Tanah Air, turut diikuti dengan meningkatnya investasi pada kegiatan eksplorasi migas dalam 5 tahun terakhir.

SKK Migas mencatat pada 2025, rencana investasi eksplorasi migas mencapai US$1,5 miliar atau meningkat 15% dibandingkan realisasi investasi eksplorasi pada 2024 yang mencapai US$1,3 miliar. Pada 2020-2023, investasi eksplorasi hanya berkisar antara US$0,5 miliar-US$0,9 miliar.

Secara keseluruhan, total investasi hulu migas di Indonesia sepanjang semester I/2025 telah mencapai US$7,19 miliar atau sekitar Rp118 triliun. Angka ini naik 28,6% dibandingkan realisasi pada periode yang sama 2024 yang sebesar US$5,59 miliar.

Adapun, outlook realisasi investasi hingga akhir tahun 2025 diperkirakan akan mencapai sekitar US$16,5 miliar hingga US$16,9 miliar. Angka ini akan melampaui realisasi investasi 2024 yang sebesar US$14,4 miliar serta akan menjadi investasi hulu migas terbesar di Indonesia sejak 10 tahun terakhir.

Berdasarkan data SKK Migas dalam 9 tahun terakhir atau periode 2015-2024, investasi tertinggi terjadi pada 2015, yakni sebesar US$15,3 miliar. Setelah itu, nilai investasi mengalami tren penurunan dengan salah satu periode terendah adalah pada 2020 atau saat pandemi Covid-19 dengan realisasi investasi sebesar US$10,5 miliar.

Selanjutnya, sejak 2021, tren investasi terus meningkat dan pada 2024 sudah mencapai US$14,3 miliar. Namun demikian, kenaikan tren investasi ini belum mampu secara signifikan mengerek lifting migas nasional.

SKK Migas mencatat realisasi lifting minyak baru mencapai 578.000 barel per hari (bopd) per semester I/2025. Realisasi tersebut baru mencapai 95,5% dari target lifting minyak dalam APBN 2025 yang sebesar 605.000 bopd.

Namun, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyebut, realisasi lifting minyak sebesar 578.000 bopd itu telah melampaui realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni 576.100 bopd.

"Alhamdulillah, realisasinya saat ini kalau year to year sudah melebihi tahun lalu, tapi untuk target terhadap APBN masih 95,5%. Kami berencana berupaya sekuat tenaga nanti di Desembernya bisa 100% atau mencapai target 605.000 bopd," ucap Djoko.

Sementara itu, realisasi salur gas mencapai 5.483 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd). Realisasi salur gas itu baru mencapai 97,4% dari target yang tertuang dalam APBN 2025 sebesar 5.628 MMscfd.

Dari data lifting minyak dan salur gas di atas, realisasi lifting migas mencapai 1.557,1 ribu barel setara minyak per hari (mboepd) per semester I/2025. Realisasi lifting pada paruh pertama tahun ini baru mencapai 96,7% dari target APBN 2025 yang dipatok 1.610 mboepd.

Mengejar Target Lifting

Pengamat menilai realisasi lifting minyak yang mencapai 578.000 bopd pada semester I/2025 sudah menjadi sinyal positif. Namun, upaya peningkatan lifting masih dihadapkan sejumlah tantangan.

Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menuturkan bahwa saat ini relatif belum ada kandidat lapangan baru yang bisa diharapkan untuk mengerek lifting minyak. Dia menilai Indonesia memerlukan proyek atau operasi lapangan baru sekelas Blok Cepu atau Rokan jika ingin meningkatkan lifting minyak.

Proyek Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) di Rokan pun kemungkinan hanya akan menggantikan tingkat penurunan (decline rate) produksinya saja. Proyek CEOR di Rokan, khususnya di Lapangan Minas, merupakan upaya untuk meningkatkan produksi minyak dengan menggunakan teknologi injeksi bahan kimia. Proyek ini adalah bagian dari komitmen PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk meningkatkan cadangan dan produksi minyak di Blok Rokan.

"Demikian juga dengan optimalisasi produksi melalui pemboran dan workover di lapangan-lapangan migas lainnya; hanya bisa sebatas menahan laju penurunan produksi," kata Pri Agung kepada Bisnis.

Pemerintah bakal memanfaatkan sumur rakyat yang selama ini disebut ilegal demi mengerek lifting. Kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) pun diperbolehkan bekerja sama dan membeli minyak dari sumur rakyat.

Hal ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 14 tahun 2025 tentang Kerja Sama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi.

Dalam beleid itu, KKKS kini boleh bekerja sama dan wajib membeli minyak dari sumur rakyat yang berada dalam wilayah kerja (WK) dan di luar wilayah operasi. Sumur minyak masyarakat adalah sumur yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Koperasi, atau UMKM.

Dari sisi peningkatan lifting, Pri Agung menilai kerja sama dengan sumur rakyat ini tak akan memberikan peningkatan signifikan.

"Program sumur rakyat, skalanya lebih terbatas lagi; seluruh sumur bisa produksi stabil hingga 10.000 barel per hari selama satu tahun saja sudah sangat bagus," ucapnya.

Sementara itu, Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal optimistis target lifting minyak sebesar 606.000 bopd bisa tercapai. Menurutnya, dalam beberapa periode waktu tertentu lifting minyak bisa mencapai 600.000 boph.

"Dan ada lapangan-lapangan sudah mulai onstream, dan penemuan-penemuan [lapangan baru] juga. Kami senang dengan SKK Migas, tetapi kita lihat akhir tahun, hasil tahun ini seperti apa, saya lihat sih cukup bagus," kata Moshe.

Dia pun mengingatkan agar SKK Migas bisa terus mendukung KKKS demi mengejar target lifting minyak tersebut.

"Harus tercapai apa yang direncanakan, dilaksanakan oleh KKKS dan dimonitor kendalanya, dan SKK Migas harus men-support KKKS untuk mencapai targetnya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro