Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hengkang Zaman Jokowi, Raksasa Migas Chevron hingga Shell Kini Ingin Balik ke RI

Chevron, TotalEnergies, dan Shell berpotensi kembali berinvestasi di hulu migas RI usai sempat hengkang pada 2018-2023 atau saat periode pemerintahan Jokowi.
Mochammad Ryan Hidayatullah,Denis Riantiza Meilanova
Rabu, 21 Mei 2025 | 10:24
Sebuah pom bensin Chevron di Emerville, California, AS, Kamis, 1 Mei 2025./Bloomberg-David Paul Morris
Sebuah pom bensin Chevron di Emerville, California, AS, Kamis, 1 Mei 2025./Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah raksasa minyak dan gas bumi (migas) global dikabarkan melirik kembali prospek hulu migas Tanah Air. Menandai industri upstream nasional masih prospektif.

Mereka yang berminat kembali berinvestasi, antara lain Chevron, TotalEnergies, dan Shell Plc. Ketiganya hengkang dari hulu migas RI pada 2018-2023 atau periode pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), ketiga perusahaan multinasional itu akan fokus melakukan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru. Salah satunya, bahkan telah melakukan joint study dan tinggal eksekusi di lapangan.

SKK Migas mengungkapkan bahwa saat ini Chevron dan Shell masih dalam tahap evaluasi dan penjajakan terhadap beberapa area prospektif di Tanah Air.

Sementara itu, TotalEnergies sedang menjajaki peluang akuisisi sebagian hak partisipasi atau participating interest (PI) blok migas eksplorasi Bobara di perairan lepas pantai Provinsi Papua Barat. Total masih melakukan diskusi internal dengan operator Blok Bobara, Petronas.

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, berminatnya tiga perusahaan energi raksasa kembali berinvestasi di sektor hulu migas RI tak lepas dari upaya pemerintah melakukan berbagai pembenahan. Pemerintah kini menyediakan data, teknologi, konektivitas yang bagus hingga regulasi untuk open data.

"Teknologi makin maju dan mereka [investor] juga punya alat untuk melihat itu sehingga mereka tertarik [kembali berinvestasi di RI]," tutur Djoko di sela-sela acara IPA Convex 2025 di Tangerang, Selasa (20/5/2025).

Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan kebijakan fiskal yang lebih fleksibel. Djoko juga mengatakan, pemerintah harus memberikan dukungan lewat kemudahan perizinan.

"Kami jelas targetnya untuk menaikkan produksi dan welcome untuk semua teknologi untuk menaikkan produksi. Nah, itu yang membuat mereka tertarik," imbuhnya.

Lebih lanjut, Djoko menuturkan, selain Chevron, TotalEnergies, dan Shell, masih ada 22 perusahaan lain yang minat berinvestasi di hulu migas RI. Dengan begitu, total akan ada 25 perusahaan yang melirik Indonesia.

Djoko tak memerinci siapa saja 22 perusahaan itu. Dia hanya mengklaim kalau perusahaan itu terdiri atas perusahaan skala besar hingga sedang.

"Ada 25, nanti datanya saya kasih. Yang besar-besar dan juga sedang juga ada," ucap Djoko.

Dia pun mengatakan, tingginya minat investor itu seiring dengan upaya pemerintah yang bakal melelang 60 blok migas hingga 2028 atau selama era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Djoko mengatakan, lelang itu bakal berfokus pada blok di Indonesia bagian Timur. "Potensi terbesar di area timur ya, barat kan sudah jenuh," kata Djoko.

Jejak Chevron, TotalEnergies, dan Shell di Indonesia

Chevron bisa dibilang telah 1 abad berkecimpung di sektor hulu migas Indonesia. Dalam catatan Bisnis, raksasa migas Amerika Serikat (AS) itu, melalui anak perusahaannya PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), mulai mengelola Blok Rokan secara resmi sejak 1971. Namun, keterlibatan perusahaan ini di wilayah tersebut telah dimulai jauh sebelumnya.

Pada 1924, tim geologi dari Standard Oil Company of California (Socal), yang kemudian menjadi bagian dari Chevron, melakukan survei eksplorasi di wilayah Riau. Hasilnya, mereka menemukan Lapangan Duri pada tahun 1941 dan Lapangan Minas pada tahun 1944.

Adapun, produksi minyak pertama dari Lapangan Minas dimulai pada April 1952, diikuti oleh Lapangan Duri pada Februari 1954.

Setelah lebih dari setengah abad, Chevron telah memproduksi lebih dari 12 miliar barel minyak dari lapangan-lapangan darat di Provinsi Riau maupun lapangan-lapangan lepas pantai di Provinsi Kalimantan Timur.

Masa kejayaaan Chevron di Indonesia dengan menjadi operator Blok Rokan berakhir pada 2021 lalu. Pada 2018, pemerintah memutuskan untuk memberikan hak pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) mulai Agustus 2021.

Keputusan itu diambil setelah proposal yang diajukan Pertamina lebih menarik dibandingkan dengan proposal yang ditawarkan Chevron kepada pemerintah.

Namun, Chevron baru benar-benar resmi hengkang dari sektor hulu migas RI setelah melepas hak pengelolaannya di proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD) tahap II kepada raksasa migas Italia, Eni.

Eni resmi mengakuisisi hak pengelolaan Chevron dan menjadi operator di proyek IDD pada 25 Juli 2023. Chevron, dengan kepemilikan hak pengelolaan 62%, memutuskan proyek IDD tidak dapat bersaing dalam portofolio global perusahaan.

Selain Chevron, TotalEnergies juga memiliki riwayat panjang di Indonesia. Melalui afiliasinya Total E&P Indonesie, perusahaan asal Prancis itu telah mengelola Blok Mahakam di Kalimantan Timur sejak 1967.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper