Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia pada 2021 menunjukkan kinerja yang sangat positif dengan mencatatkan surplus sebesar US$13,5 miliar atau mencapai 1,13 persen dari PDB.
Jumlah surplus tersebut meningkat signifikan dibandingkan surplus tahun sebelumnya sebesar US$2,6 miliar.
Kinerja positif ini didorong oleh perbaikan Neraca Transaksi Berjalan yang mencatatkan surplus sebesar US$3,3 miliar atau mencapai 0,3 persen dari PDB, dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar US$4,4 miliar.
Di samping itu, kinerja Neraca Transaksi Modal dan Finansial juga menunjukkan peningkatan surplus menjadi sebesar US$11,7 miliar atau mencapai 1 persen dari PDB, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$7,9 miliar.
“Selama 2021, di tengah tekanan global akibat eskalasi pandemi serta gejolak pengurangan stimulus moneter yang dilakukan bank sentral [tapering off], neraca pembayaran Indonesia dalam posisi yang kuat. Hal ini menjadi capaian yang cukup krusial, mengingat neraca pembayaran merupakan salah satu pilar dari stabilitas makro nasional,” katanya dalam siaran pers, Sabtu (19/2/2022).
Tercatat, transaksi berjalan berlanjut surplus US$1,4 miliar atau 0,4 persen dari PDB pada kuartal IV/2021, ditopang oleh surplus neraca barang yang tetap tinggi seiring dengan tren positif harga komoditas dan membaiknya permintaan negara mitra dagang.
Jika dirincikan, neraca barang nonmigas terus menunjukkan surplus yang meningkat di tengah masih negatifnya neraca migas.
Peningkatan ekspor nonmigas di kuartal IV/2021 sangat tinggi yaitu sebesar 47,3 persen secara tahunan, didominasi oleh komoditas seperti bahan bakar mineral, lemak nabati, serta besi dan baja.
Kinerja ekspor selama 2021 juga tercatat lebih tinggi dari 2020 dengan pertumbuhan sebesar 42,5 persen secara tahun berjalan, bahkan pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dari masa prapandemi.
Di sisi lain. neraca jasa masih mencatatkan defisit sebesar US$4,1 miliar, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang disebabkan oleh adanya pelebaran defisit pada neraca jasa transportasi karena aktivitas perdagangan internasional.
Sementara itu, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global sepanjang 2021, kinerja transaksi modal dan finansial mampu mengalami peningkatan menjadi sebesar US$11,7 miliar.
Pada kuartal IV/2021, volatilitas pasar keuangan global relatif meningkat sehingga memberikan dampak terhadap kinerja transaksi modal dan finansial sehingga mencatatkan defisit US$2,4 miliar atau 0,7 persen dari PDB, setelah pada tiga kuartal sebelumnya mencatatkan surplus.
Febrio mengatakan, ketidakpastian di pasar keuangan global diperkirakan masih cukup tinggi ke depan sejalan dengan perkembangan kebijakan pengetatan moneter dari negara maju yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap keberlanjutan aliran modal ke dalam negeri.
Di sisi lain, kinerja Transaksi Berjalan akan menghadapi tantangan dengan adanya penguatan impor serta tren normalisasi harga komoditas.
“Oleh karena itu, Pemerintah bersama Bank Indonesia dan otoritas terkait akan terus berkoordinasi dalam menjaga stabilitas ekonomi guna mendukung peningkatan kinerja perekonomian nasional,” kata Febrio.