Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) diperkirakan semakin terbatas pada tahun ini.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, kondisi ini sejalan dengan diperkirakan neraca barang yang akan menyusut seiring dengan kinerja impor yang mulai menyusul ekspor di tengah pemulihan ekonomi domestik.
“Harga komoditas diperkirakan akan normal pada semester II/2022 karena kami melihat pasokan global membaik sementara pertumbuhan permintaan global akan mereda,” katanya, Jumat (18/2/2022).
Di samping itu, Faisal memperkirakan neraca jasa akan mencatatkan defisit yang lebih tinggi di tengah membaiknya aktivitas impor. Defisit pendapatan primer diperkirakan akan melebar seiring dengan pemulihan dan percepatan ekonomi domestik.
Dia memperkirakan neraca transaksi berjalan pada tahun ni akan kembali mencatatkan defisit sebesar -2,15 persen dari PDB.
“Namun, angka perkiraan tetap lebih sempit dari tingkat rata-rata 3 tahun sebelum pandemi Covid-19 sebesar -2,22 persen dari PDB,” jelas Faisal.
Sementara itu, dia memperkirakan neraca finansial pada 2022 akan menghadapi beberapa sejumlah. Aliran masuk investasi langsung diperkirakan tetap solid ditopang agenda percepatan reformasi struktural.
Risiko penurunan yang membayangi kinerja neraca finansial pada 2022 adalah terbatasnya potensi aliran masuk, pemulihan ekonomi global yang tidak merata menyebabkan gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan dan meningkatnya tekanan inflasi, sehingga normalisasi kebijakan moneter global lebih cepat dari yang diperkirakan.
Selain itu, ketidakpastian terkait pandemi Covid-19 tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai.
“Karena neraca transaksi berjalan diperkirakan akan kembali mencatat defisit dan potensi neraca finansial untuk mencatat surplus yang lebih tinggi terbatas, kami melihat NPI pada 2022 masih memiliki prospek untuk mencatat surplus, mungkin tidak setinggi pada 2021,” kata Faisal.
Adapun, NPI pada 2021 mencatatkan surplus yang tinggi, sebesar US$13,5 miliar, jauh meningkat dibandingkan capaian surplus pada tahun sebelumnya sebesar US$2,6 miliar.
Perkembangan tersebut ditopang oleh surplus transaksi berjalan serta surplus transaksi modal dan finansial.
Bank Indonesia mencatat, transaksi berjalan atau current account pada 2021 membukukan surplus sebesar US$3,3 miliar atau 0,3 persen dari PDB.
Di samping itu, transaksi modal dan finansial juga membukukan surplus sebesar US$11,7 miliar, lebih tinggi dari capaian pada tahun sebelumnya sebesar US$7,9 miliar, terutama ditopang oleh investasi langsung dan investasi portofolio.