Bisnis.com, JAKARTA - Neraca pembayaran di 2022 diramal masih memiliki prospek untuk mencatat surplus, meskipun mungkin tidak setinggi di tahun 2021.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan neraca barang pada 2022 diprediksi menyusut akibat impor yang akan mengejar ekspor. Di samping itu, harga komoditas akan normal di semester II/2022 karena pasokan global membaik, sementara pertumbuhan permintaan global akan mereda.
Neraca jasa diperkirakan mencatat defisit yang tinggi, di tengah aktivitas impor yang mulai membaik. Defisit pendapatan primer diperkirakan bakal melebar, seiring dengan pemulihan dan percepatan ekonomi domestik. Sementara, surplus pendapatan sekunder terlihat relatif tidak berubah.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan neraca transaksi berjalan pada 2022 akan kembali mencatat defisit," kata Faisal dalam keterangan resmi, Jumat (18/2/2022).
Faisal memperkirakan, saldo akun keuangan pada 2022 akan menghadapi beberapa hambatan. Aliran masuk investasi langsung diperkirakan tetap solid ditopang agenda percepatan reformasi struktural.
Kendati demikian, risiko penurunan yang membayangi kinerja neraca keuangan pada tahun 2022, membatasi potensi aliran masuk.
Dia mengatakan, pemulihan ekonomi global yang tidak merata menyebabkan gangguan rantai pasokan yang berkepanjangan dan meningkatnya tekanan inflasi, sehingga normalisasi moneter global lebih cepat dari yang diantisipasi.
"Ini dapat memicu sentimen pelarian ke kualitas atau risk-off (aliran keluar investasi portofolio). Selain itu, ketidakpastian seputar pandemi Covid-19 tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai," katanya.
Karena neraca transaksi berjalan diperkirakan bakal kembali mencatat defisit dan potensi neraca keuangan untuk mencatat surplus yang lebih tinggi terbatas, dia melihat bahwa neraca pembayaran berpotensi mencatat surplus, meskipun tak setinggi di tahun 2021.