Bisnis.com, JAKARTA - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV/2021 mencatatkan defisit rendah, sebesar US$0,8 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa perkembangan NPI tersebut tetap baik, sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia.
“NPI pada kuartal IV/2021 mencatat defisit rendah sebesar US$0,8 miliar, ditopang oleh surplus transaksi berjalan yang berlanjut, di tengah transaksi modal dan finansial yang mencatat defisit,” katanya dalam siaran pers, Jumat (18/2/2022).
Transaksi berjalan pada kuartal IV/2021 kembali melanjutkan surplus sebesar US$1,4 miliar atau 0,4 persen dari PDB.
Surplus ini lebih rendah jika dibandingkan dengan capaian surplus sebesar US$5,0 miliar atau sebesar 1,7 persen dari PDB pada kuartal III/2021.
Erwin menjelaskan, surplus transaksi berjalan tersebut didorong oleh surplus neraca perdagangan barang di tengah tetap kuatnya kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh permintaan global dan akselerasi harga komoditas ekspor, khususnya batu bara.
Di sisi lain, transaksi modal dan finansial pada kuartal IV/2021 mulai mencatatkan defisit sebesar US$2,4 miliar atau setara dengan 0,7 persen dari PDB.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut sehingga menyebabkan penyesuaian aliran modal keluar pada investasi portofolio terutama dalam Surat Berharga Negara (SBN) di tengah kinerja saham yang masih mencatat surplus.
Selain itu, transaksi investasi lainnya tercatat defisit akibat peningkatan pembayaran utang luar negeri swasta yang jatuh tempo.
Sepanjang 2021, BI mencatat neraca pembayaran secara keseluruhan mencatatkan surplus yang cukup tinggi, mencapai US$13,5 miliar.
Sejalan dengan itu, posisi cadangan devisa pun pada akhir Desember 2021 tercatat meningkat menjadi sebesar US$144,9 miliar, setara dengan pembiayaan 7,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.