Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa menunjukkan sikap terbuka terhadap aset kripto, termasuk Bitcoin atau digital euro, tetapi menyoroti masalah regulasi dan potensi penipuan (fraud).
Hal itu disampaikan Komisi Uni Eropa untuk Masalah Dalam Negeri Ylva Johansson dalam Munich Security Conference pada Jumat (18/2/2022).
"Saya tidak nyaman dengan mata uang digital tetapi kami perlu meregulasinya dengan cara yang tepat," katanya dikutip Bloomberg pada Sabtu (19/2/2022).
Dengan adanya penguatan regulasi, organisasi kriminal dan teroris tidak bisa mengeksploitasi anonimitas. Pernyataan tersebut memperjelas sikap Eropa yang lebih terbuka ketimbang China yang belum lama ini telah melarang sejumlah transaksi aset kripto.
Panel tersebut juga dihadiri oleh Chief Executive Officer dan salah satu pendiri pertukaran cryptocurrency FTX Sam Bankman-Fried dan pengusaha Jerman Christian Angermayer, yang turut mendirikan manajer aset Cryptology Asset Group.
Bankman-Fried mengakui bahwa risiko kriminalitas menggunakan aset kripto, tetapi mengatakan bahwa platform tersebut memiliki mekanisme pengawasan yang kuat.
Baca Juga
Sementara itu, Angermayer mengatakan lembaga keuangan seringkali melindungi kepentingannya sendiri, tetapi miliaran orang di dunia yang masih belum memiliki rekening perbankan terputus dari sistem keuangan.
Dia mengatakan bahwa situasi dapat diperbaiki dengan proliferasi teknologi blockchain yang tertanam dalam cryptocurrency seperti Bitcoin dan kesempatan untuk mendigitalkan mata uang seperti dolar AS dan euro.