Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Bakal Tahan Impor Jika Konflik Rusia-Ukraina Memanas

Pengusaha berpotensi untuk menahan impornya saat daya beli terkoreksi akibat kenaikan harga bahan baku sepanjang konflik di kawasan Eropa Timur tersebut. 
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) melaporkan konflik Rusia-Ukraina belum berdampak langsung pada kinerja impor pada awal tahun ini. Kendati demikian, biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer masih menjadi kendala pelaku usaha untuk melakukan impor sejak tahun lalu. 

Wakil Ketua Umum Bidang Logistik dan Kepelabuhanan BPP GINSI Erwin Taufan menuturkan dirinya belum menerima laporan ihwal dampak konflik Rusia-Ukraina terhadap kinerja impor yang dilakukan pengusaha anggota GINSI. 

Hanya saja, Erwin menggarisbawahi biaya pengapalan dan kelangkaan kontainer tetap menjadi kendala utama selain potensi kenaikan harga bahan bakar minyak akibat konflik di kawasan Eropa Timur tersebut. 

“Untuk sekarang ini belum dirasakan oleh anggota GINSI mungkin kalau ini terus memanas, situasi tidak terkendali nantinya akan berdampak ke depan, sejauh mana itu mengganggu perekonomian kita, mesti dilihat nanti,” kata Erwin melalui sambungan telepon, Selasa (15/2/2022). 

Hanya saja, kata Erwin, pengusaha berpotensi untuk menahan impornya saat daya beli terkoreksi akibat kenaikan harga bahan baku sepanjang konflik di kawasan Eropa Timur tersebut. 

“Kalau dirasa daya beli kurang, mereka akan menahan impor, menghentikan mesinnya tapi sampai sekarang belum ada laporan,” kata dia. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai impor Indonesia pada Januari 2022 mencapai US$18,23 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menyampaikan dibandingkan dengan Januari 2021, impor tumbuh sebesar 36,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). 

Dari peningkatan tersebut, impor migas tercatat meningkat sebesar 43,66 yoy persen dan impor nonmigas tumbuh 35,86 persen yoy. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Desember 2021, Setianto mengatakan impor pada Januari 2022 mengalami penurunan sebesar 14,62 persen (month-to-month).

Penurunan tersebut didorong oleh penurunan baik impor migas sebesar 34 persen maupun impor nonmigas sebesar 10,97 persen. 

“Total impor yang sebesar US$18,23 miliar atau turun 14,62 persen secara bulanan juga terjadi pada 2 tahun terakhir kalau dibandingkan dengan Desember tahun sebelumnya,” katanya dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/2/2022).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper