Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waduh! Harga Kedelai Naik, Budidaya Bisa Jadi Solusi

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengatakan harga kedelai akan mengalami tren kenaikan hingga Mei 2022.
Perajin membuat tempe berbahan baku kedelai impor/ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Perajin membuat tempe berbahan baku kedelai impor/ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA – Tren kenaikan harga komoditas kedelai impor diperkirakan akan terus naik hingga bulan Mei mendatang. Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan hal tersebut akibat melambungnya harga kedelai dunia dan inflasi Amerika Serikat yang sedang berlangsung.

Dalam konferensi pers secara daring pada Jumat, (11/2/2022), Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan mengatakan harga kedelai akan mengalami tren kenaikan hingga Mei 2022.

“Hal ini diperkirakan akan terus mengalami kenaikan sampai Mei yang harganya bisa mencapai US$15,79 per bushel. Selanjutnya, tren itu baru akan turun bulan Juli dan turunnya di angka US$15,74 per bushel di tingkat importir,” ujarnya seperti dikutip dalam Bisnis.

Sementara itu, Anggota Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ayep Zaki mengatakan bila tren tersebut benar terjadi, harga tempe dapat melambung hingga Rp50 ribu per papan.

“Bila hal itu benar-benar terjadi, harga tempe bisa mencapai di atas Rp50.000 per papan,” kata Ayep dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, (12/2/2022).

Menurutnya, momentum ini dapat dimanfaatkan bagi petani Indonesia untuk menggalakkan budidaya kedelai. Nantinya jika terjadi hal seperti ini, konsumen tidak kalang kabut akibat harga yang mahal. Pasalnya sebagai negara pengimpor Indonesia akan terus bergantung dengan negara pengekspor.

"Apabila terjadi perlambatan ekonomi di negara tersebut yang disebabkan berbagai hal, secara otomatis akan berdampak pula pada negara pengimpor," ungkap Ayep.

Lebih lanjut, Ayep mengungkapkan pada 2022 ini ia menjalin kerja sama dengan Direktorat Akabi (Aneka Kacang dan Umbi) Kementerian Pertanian untuk program budidaya kedelai mandiri dengan sistem tanpa olah tanah TOT seluas 25 ribu hektare di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Indonesia melalui Balai Benih Kementerian Pertanian, sudah dapat membuat varietas unggul baru (VUB) bibit kedelai hingga 3,5 ton per hektare berupa biosoy 2 dengan teknologi pupuk batubara.

"Insya Allah April nanti kami akan melakukan penanaman perdana budidaya kedelai yang ditargetkan mencapai 1,8 ton per hektarenya," terang Ayep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper