Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) optimistis dampak dari penyebaran Covid-19 varian Omicron yang tinggi tidak akan akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa berdasarkan asesmen BI, penyebaran varian Omicron akan mencapai puncaknya dalam beberapa minggu ke depan.
Melonjaknya kasus Covid-19 varian Omicron pun diperkirakan akan kembali menahan mobilitas masyarakat. Namun, kondisi ini akan membaik sejalan dengan upaya yang terus ditempuh pemerintah melalui vaksinasi dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.
“Berdasarkan [asesmen] itu, dampak dari Omicron terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I secara keseluruhan tidak berpengaruh secara signifikan,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/2/2022).
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 akan tetap tinggi, sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada 2022, yaitu mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.
Perry mengatakan, pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut didukung oleh meningkatnya konsumsi masyarakat, seiring dengan peningkatan mobilitas pasca penyebaran Omicron, serta kenaikan ekspor dan investasi, juga didukung oleh stimulus fiskal dan moneter.
Baca Juga
“[Pertumbuhan ekonomi] 4,7 hingga 5,5 persen adalah perkriaan kami dan untuk kuartal I/2022 juga akan tumbuh relatif tinggi,” kata Perry.
Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur 9 dan 10 Februari 2022.
Keputusan bank sentral tersebut mempertmbangkan tingkat inflasi yang masih rendah, juga sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta sebagai upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat,” kata Perry.