Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai Indonesia kini memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap efek tapering karena performa neraca pembayaran yang menimbulkan kemampuan menjaga keseimbangan eksternal.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan 20 bulan berturut-turut hingga Desember 2021, yang menjadi rekor dalam 14 tahun terakhir. Kondisi tersebut meningkatkan kemampuan dan ketahanan ekonomi dalam negeri.
Kinerja ekspor pun terus meningkat, yang pada Desember 2021 tumbuh hingga double digit. Kinerja ekspor nonmigas bahkan telah melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Lalu, Sri Mulyani pun menyebut kemampuan cadangan devisa untuk membiayai impor dan cicilan utang luar negeri pemerintah masih di atas standar kecukupan internasional. Hal tersebut menjadi sinyal ketahanan ekonomi Indonesia dari risiko eksternal.
"Terdapat ketahanan di external balance, trade account, current account balance, dan cadangan devisa yang semakin kuat. Ini membuat Indonesia menjadi lebih resilient terhadap efek tapering," ujar Sri Mulyani dalam gelaran Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).
Menurutnya, kondisi itu berbeda dengan 2013 dan 2015 ketika tapering terjadi. Kala itu, Indonesia belum memiliki kemampuan ekstra terhadap keseimbangan eksternal sehingga tapering menimbulkan kerentanan.
"Tapering kali ini setidaknya terlindung oleh kemampuan kita untuk menciptakan keseimbangan eksternal yang jauh lebih kuat, yaitu pada neraca pembayaran, baik dalam bentuk surplus perdagangan maupun surplus transaksi berjalan, serta tingkat cadangan yang terus kuat," ujar Sri Mulyani.